Jumat, 30 Agustus 2019

PENYUSUNAN PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN

PENYUSUNAN PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Supervisi Pendidikan
yang dibina oleh Bapak Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd




Oleh:

1.    Dehfi Yuhwaningsih                         170131601087
2.    Jihan Naziha Falahi                           170131601018
3.    Wulan Roudhotul Nasikhah             170131601025












UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Februari, 2018


KATA PENGANTAR


Puja dan puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyusunan Program Supervisi Pendidikan” ini tepat pada waktunya. Dan tak lupa kami berterima kasih kepada Bapak Imam Gunawan M.Pd selaku Dosen mata kuliah Supervisi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami dapat mengerti lebih dalam mengenai materi supervisi pendidikan.
Kami berharap dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai supervisi pendidikan, serta kami berharap para pembaca dapat memetik informasi dan pengetahuan dari makalah ini kemudian mengamalkannya.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini.Kami berharap agar laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.








                                                                              Malang, 21 Februari 2018
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        Penulis


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR                                                                                              i
DAFTAR ISI                                                                                                              ii
DAFTAR GAMBAR                                                                                                iii
DAFTAR TABEL                                                                                         iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah                                                             1
1.2    Rumusan Masalah                                                                       1
1.3    Tujuan Penulisan                                                                         1
BAB II PEMBAHASAN
2.1    Siklus Kegiatan Supervisi Pendidikan                                        2
2.2    Ruang Lingkup Program Supervisi Pendidikan                         5
2.3    Prinsip Penyusunan Program Supervisi Pendidikan                   8
2.4    Prosedur Penyusunan Program Supervisi Pendidikan               10
2.5    Sistematika Program Supervisi Pendidikan                                15
BAB III PENUTUP
3.1    Kesimpulan                                                                                 17
DAFTAR RUJUKAN                                                                                               18





                             










DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Kegiatan Pengawasan Sekolah                                         3
































DAFTAR TABEL

Tabel  2.1 Kegiatan Supervisi                                                                          4







BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang Masalah

Supervisi diadakan guna meningkatkan suatu pelayanan atasan terhadap bawahan. Dalam dunia pendidikan kegiatan supervisi digunakan untuk meningkatkan kinerja guru dalam melakukan pengajaran di kelas dengan cara memberikan suatu arahan, serta dengan harapan suatu lembaga pendidikan dapat semakin maju dan berkembang.Supervisi pendidikan adalah salah satu elemen krusial dalam pendidikan yang mendorong pendidikan demi perbaikan untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita bersama dengan objek utama supervisi yaitu para guru yang mempunyai peran vital dalam membentuk karakter anak (Asmani dan Jamal, 2012:5).
Penyusunan program supervisi pendidikan juga perlu diperhatikan sebagai aspek keberhasilan kegiatan supervisi. Makalah ini akan menjelaskan beberapa hal tentang penyususnan program supervisi pendidikan dengan mengambil beberapa referensi terkait. Materi yang akan kami bahas dalam makalah ini diantaranya: membahas tentang siklus kegiatan supervisi pendidikan, ruang lingkup program supervisi pendidikan, prinsip penyusunan program supervisi pendidikan, prosedur penyusunan program supervisi pendidikan, serta sistematika penyusunan program supervisi pendidikan.

1.2     Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.        Bagaimana siklus kegiatan supervisi pendidikan?
2.        Apa saja ruang lingkup program supervisi pendidikan?
3.        Bagaimana prinsip penyusunan program supervisi pendidikan?
4.        Bagaimana prosedur penyusunan program supervisi pendidikan?
5.        Bagaimana sistematika program supervisi pendidikan?

1.3  Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.        Untuk memaparkan siklus kegiatan supervisi pendidikan
2.        Untuk menguraikan ruang lingkup program supervisi pendidikan
3.        Untuk memaparkan prinsip penyusunan program supervisi pendidikan
4.        Untuk menguraikan prosedur penyusunan program supervisi pendidikan
5.        Untuk memaparkan sistematika program supervisi pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN


Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pengawas sekolah adalah Kompetensi Supervisi Manajerial. Pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan profesional yang berfungsi sebagai unsur pelaksana supervisi pendidikan yang mencakup supervisi akademik dan supervisi manajerial. Supervisi akademik terkait dengan tugas pembinaan guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Supervisi manajerial terkait dengan tugas pembinaan kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya dalam aspek pengelolaan dan administrasi sekolah.
Ragam kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah  meliputi:
1.  Pelaksanaan analisis kebutuhan.
2.  Penyusunan program kerja pengawasan sekolah.
3.  Penilaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja tenaga kependidikan lain (TU, Laboran, dan pustakawan).
4.  Pembinaan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lain.
5.  Pemantauan kegiatan sekolah serta sumber daya pendidikan yang meliputi sarana belajar, prasarana pendidikan, biaya, dan lingkungan sekolah.
6.  Pengolahan dan analisis data hasil penilaian, pemantauan, dan pembinaan.
7.  Evaluasi proses dan hasil pengawasan.
8.  Penyusunan laporan hasil pengawasan.
9.  Tindak lanjut hasil pengawasan untuk pengawasan berikutnya.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan dalam suatu siklus secara periodik yang dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.
Gambar 2.1 Siklus Kegiatan Pengawasan Sekolah
Kegiatan pengawasan sekolah diawali dengan penyusunan program kerja yang dilandasi oleh hasil pengawasan pada tahun sebelumnya. Dengan berpedoman pada program kerja yang disusun, dilaksanakan kegiatan inti pengawasan meliputi penilaian, pembinaan, dan pemantauan pada setiap komponen sistem pendidikan di sekolah binaannya. Pada tahap berikutnya dilakukan pengolahan dan analisis data hasil penilaian, pembinaan, dan pemantauan dilanjutkan dengan evaluasi hasil pengawasan dari setiap sekolah dan dari semua sekolah binaan. Berdasarkan hasil analisis data, disusun laporan hasil pengawasan yang menggambarkan sejauh mana keberhasilan tugas pengawas dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan di sekolah binaannya. Sebagai tahap akhir dari satu siklus kegiatan pengawasan sekolah adalah menetapkan tindak lanjut untuk program pengawasan tahun berikutnya. Tindak lanjut pengawasan diperoleh berdasarkan hasil evaluasi komprehensif terhadap seluruh kegiatan pengawasan dalam satu periode.
Menurut Wijono (1989:186) peran khas dari supervisor adalah menjembatani atau mengkoordinasi dibidang-bidang lain ini sebagaimana mereka membuat konsep merencana, mengorganisasi, dan mengevaluasi program-progranm pengajaran.


Tabel 2.1 Kegiatan Supervisi

No
Tugas-tugas Administrasi
Tugas-tugas Kurikulum
Tugas-tugas Pengajaran

1.       
Menetapkan dan menyusun prioritas tujuan-tujuan
Menentukan tujuan-tujuan pengajaran
Mengembangkan rencana pengajaran

2.       
Menentukan standar dan kebijakan.
Survai kebutuhan dan mengadakan penelitian.
Evaluasi program-program sehubungan dengan standar.

3.       
Mengadakan perencanaan jangka panjang.
Mengembangkan program-program dan merencanakan perubahan-perubahan.
Berisiniatif untuk program-program baru.

4.       
Merancang struktur organisasi.
Menghubungkan program-program pelayanan khusus.
Merancang kembali organisasi pengajaran dimana perlu.

5.       
Mengidentifikasikan dan mengamankan sumber-sumber
Memilih bahan-bahan dan mengalokasikan sumber-sumber.
Menyampaikan sumber-sumber pengajaran.

6.       
Memilih personal dan staf.
Orientasi dan memperbarui staf pengajaran.
Menasehati dan membantu guru-guru.

7.       
Menyediakan fasilitas yang tepat
Memberi saran perubahan fasilitas.
Memeriksa perubahan fasilitas.

8.       
Mempromosikan hubungan sekolah-masyarakat.
Memperkirakan pengeluaran yang diperlukan untuk pengajaran.
Membagi dan menggunakan dana.

9.       
Mengorganisasikan pengajaran
Mempersiapkan program-program pengajaran.
Mengkoordinasi kegiatan-kegiatan inservice.

10.   
Mempromosikan hubungan sekolah-masyarakat.
Menyebarluaskan deskripsi program-program sekolah.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan tengtang program-program sekolah kepada masyarakat.

2.2    Ruang Lingkup Program Supervisi Pendidikan
Supervisor bertugas mengawasi, membina, mengarahkan, dan mengembangkan semua civitas akademika yang berlangsung di sekolah. Seluruh kepentingan administrasi sekolah, seperti penerimaan calon siswa, penempatan siswa baru, penyusunan kurikulum, penempatan guru disesuaikan dengan keahliannya masing-masing, pengembangan dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah, ketatausahaan sekolah, interaksi sekolah dengan masyarakat, kerja sama di bidang pengembangan pendidikan dengan semua pihak, dan sebagainya merupakan inti dari ruang lingkup supervisi pendidikan.
Dengan pertimbangan tersebut, ruang lingkup utama dari supervisi pendidikan adalah:
1.    Pelaksanaan kurikulum
Menurut Wijono (1989:16) pelaksanaan dan pembinaan kurikulum, yang meliputi antara lain:
a.    Mempedomani dan merealisasikan apa yang tercantum di dalam kurikulum sekolah yang bersangkutan dalam usaha mencapai dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
b.    Menyusun dan melaksanakan organisasi kurikulum besar materi-materi, sumber-sumber, dan metode-metode pelaksanaannya, disesuaikan dengan pembaharuan pendidikan dan pengajaran serta kebutuhan masyarakat dan lingkungan sekolah.
c.     Kurikulum bukanlah merupakan sesuatu yang harus diikuti dan dituruti begitu saja dengan mutlak tanpa perubahan dan penyimpangan sedikitpun. Kurikulum lebih merupakan pedoman bagi para guru dalam menjalankan tugasnya. Dalam mempergunakan kurikulum, guru atau pendidikan, disamping menuruti dan mengikuti apa yang tercantum didalamnya, berhak dan berkewajiban pula memilih dan menambah materi-materi, sumber-sumber, ataupun metode-metode pelaksanaan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masing-masing lingkungan sekolah, dan membuang serta mengurangi apa yang dianggapnya sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat dan negara pada umumnya. Itulah sebabnya maka pelaksanaan kurikulum perlu mendapat perhatian, dan pembinaan kurikulum harus diusahakan dan dijalankan.
Menurut Mulyasa (2006) perubahan kurikulum mengisyaratkan bahwa pembelajaran bukan semata-mata tanggung jawab guru, tetapi merupakan tanggungjawab bersama  antara guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah bahkan komite sekolah, dan dewan pendidikan.
2.    Ketenagaan atau personel sekolah
Menurut Sulistyorini (2009:67), tujuan supervisi bidang kepegawaian berbeda dengan sumber daya manusia pada konteks bisnis, di dunia pendidikan tujuan supervisi bidang kepegawaian lebih mengarah pada pembangunan pendidikan yang bermutu, membentuk sumber daya manusia yang handal, produktif, kreatif, dan berprestasi. Selain itu dalam bidang kepegawaian atau personalia pendidikan islam bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan islam secara efektif dan efesien untuk mencapai hasil yang optimal. Namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.
Menurut Jamal dan Asnami (2012:39) jika guru inovatif, kreatif, dan dinamis maka pembelajaran berjalan secara menyenangkan. Namun, jika guru pasif, monoton, dan sentralistik maka pembelajaran akan membosankan, tidak menarik dan membuat siswa tidak bisa menangkap materi yang disampaikan. Akhirnya, proses belajar mengajar tidak efektif.
3.    Ketatahusahaan atau administrasi sekolah
Purwanto (2014) menyebutkan bidang garapan administrasi pendidikan sebagai berikut:
a.    Administrasi tata laksana sekolah, yang meliputi:
1)   Organisasi dan struktur pegawai tata usaha;
2)   Otorisasi dan anggaran belanja keuangan sekolah;
3)   Masalah kepegawaian dan kesejahteraan personel sekolah;
4)   Masalah perlengkapan dan perbekalan sekolah;
5)   Keuangan dan pembukuannya;
6)   Korespondensi/surat menyurat;
7)   Laporan-laporan (bulanan, kuartalan, dan tahunan)
8)   Masalah pengangkatan, pemindahan, penempatan, dan pemberhentian pegawai;
9)   Pengisian buku pokok, k lapper, rapor, dan sebagainya.
b.    Administrasi personel guru pegawai sekolah, yang meliputi:
1)   Pengankatan dan penempatan guru;
2)   Organisasi personel guru-guru;
3)   Masalah kepegawaian dan kesejahteraan guru;
4)   Rencana orientasi bagi tenaga guru yang baru;
5)   Konduite dan penilaian kemajuan guru-guru;
6)   In-service training dan up-grading guru-guru.
c.    Administrasi murid, yang meliputi:
1)   Organisasi dan perkumpulan murid;
2)   Masalah kesehatan dan kesejahteraan murid
3)   Penilaian dan pengukuran kemajuan murid;
4)   Bimbingan dan penyuluhan bagi murid-murid.
Menurut Gunawan dan Ary (1996) di bidang tata usaha sekolah adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan atau diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, serta membina kegiatan-kegiatan yang bersifattulis menulis disekolah, agar proses belajar mengajar semakin efektif dan efesien untuk membatu tercapaianya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tidak hanya terhadap bidang-bidang yang disebutkan di atas, tetapi pada kegiatan supervisi pendidikanpun selalu mendapat tunjangan yang tidak sedikit dari kegiatan ketatausahaan. Tiada kegiatan yang tak lupa ditulis atau diketik, diproses, digandakan, dan sebagainya. Juga pembuatan format-format supervisi, undangan rapat, dan penempelan pengguna atau instruksi dan sebagainya.
4.    Sarana dan prasarana pendidikan
Tujuan anak sekolah yaitu agar dia menjadi baik, pintar dan terampil. Dibutuhkan proses yang tidak sederhana dan panjang agar tujuan ini berhasil dicapai sekolah. Sekolah menyediakan sarana untuk pengembangan rasa, piker, dan raga siswa, seperti masjid, perpustakaan, laboratorium, internet, dan tempat olaraga. Tanpa sarana yang baik sekolah sulit melahirkan keluaran yang kompoten.
Menurut Jejeh & Musfah (2015:228) sarana merupakan media atau alat untuk belajar agar pendidikan berjalan efektif. Sarana sekolah diperlukan untuk keseimbangan perkembangan fisik dan psikis siswa.


5.    Hubungan sekolah dengan masyarakat
Hal ini mencakup hubungan sekolah dengan skolah-sekolah lain, hubungan sekolah dengan pemerintah setempat, hubungan sekolah dengan instansi-instansi dan jawatan-jawatan lain, dan hubungan sekolah dengan masyarakat pada umumnya. Hendaknya semua hubungan itu merupakan hubungan kerja yang bersifat paedagogis, sosiologis, dan produktif yang dapat mendatangkan keuntungan dan perbaikan serta kemajuan bagi kedua belah pihak. Untuk itu kepala sekolah memegang peranan yang penting dan menentukan.
Demikian luaslah cakupan bidang garapan administrasi pendidikan, yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: administrasi material, administrasi personel, dan administrasi kurikulum. Administrasi material, yaitu administrasi yang menyangkut bidang-bidang material sekolah seperti ketatausahaan sekolah, keuangan, pergedungan, perlengkapan, dan lain-lain. Administrasi personel, yaitu administrasi yang mencakup administrasi keguruan, kemuridan, dan pegawai sekolah lainnya. Administrasi kurikulum, yaitu administrasi yang mencakup penyusunan kurikulum, pembinaan kurikulum, dan pelaksanaan kurikulum.
Menurut Campbell, dkk (1983), bidang garapan administrasi pendidikan itu dikelompokkan menjadi:
a.    School-community ralationship
b.    Curriculum and instruction
c.    Pupil personnel
d.   Staff personnel
e.    Physical facilities
f.     Finance and bussiness management.
6.    Kerja sama pengembangan penyelenggaraan pendidikan dengan semua pihak yang bersifat menguntungkan bagi peningkatan pembelajaran siswa dan pengembangan kurikulum atau peningkatan fasilitas sekolah.

2.3    Prinsip Penyusunan Program Supervisi Pendidikan
Seorang supervisor sebelum melakukan tugasnya harus memahami prinsip-prinsip penyusunan program supervisi. Menurut Prasojo dan Sudiyono (2011) prinsip-prinsip penyusunan program supervisi adalah sebagai berikut:
1.    Objektif (data apa adanya)
2.    Bertanggung jawab
3.    Berkelanjutan
4.    Didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan
5.    Didasarkan pada kebutuhan dan dan kondisi sekolah/madrasah
Sedangkan menurut Burhanuddin, dkk (2007) pembina perlu memahami dan mempertimbangkan prinsip-prinsip penting bagi keberhasilan pembinaan profesional meliputi:
1.    Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
2.    Pengawasan terhadap penyelenggaraan proses belajar mengajar perlu diarahkan pada peningkatan kemampuan profesional guru sesuai dengan komponen-komponen kompetensi yang diharapkan
3.    Pembinaan profesional harus dilakukan secara kontinyu agar dapat meningkatkan kulitas proses pembelajaran secara efektif
4.    Kualitas pengajaran seorang guru dapat ditingkatkan secara langsung melaui pembinaan profesional
5.    Kondisi pertumbuhan kemampuan profesional dapat ditingkatkan melalui suasana keterbukaan yang selalu menghargai pikiran dan pendapat orang lain
6.    Sistem pembinaan yang efektif melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) dapat mempertemukan kebutuhan profesional masing-masing guru
7.    Sistem pembinaan yang efektif dapat membantu guru-guru mengetahui sasaran pokok pembelajaran, mengenal dan memahami masalah pembelajaran sehari-hari secara kreatif. Dalam suasana seperti ini, gagasan alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas akan muncul atas inisiatif para guru sendiri.
Menurut Burhanuddin, dkk (2007) keberhasilan program supervisi pendidikan bergantung pada cara pembina berkomunikasi dan berinteraksi dengan para guru. Beberap prinsip yang perlu diperhatikan:
1.        Pembinaan hendaknya dimulai dari hal-hal positif
2.        Hubungan antara para pembina dan guru hendaknya didasarkan atas hubungan kesejawatan
3.        Pembinaan hendaknya didasarkan pada pandangan obyektif
4.        Pembinaan hendaknya didasarkan pada tindakan manusiawi
5.        Program pembinaan juga hendaknya dapat mendorong pengembangan kompetensi guru, di samping kompetensi professional, tetapi juga kompetensi lainnya yakni pedagogis, kepribadian dan sosial
6.        Pembina harus melaksanakan terus menerus dan berkesinambungan tetapi tidak mengganggu jam belajar efektif
7.        Pembina hendaknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
8.        Pembinaan hendaknya dilakukan  atas dasar rasa kekeluargaan, kebersamaan, keterbukaan, dan keteladanan
9.        Pembina hendaknya selalu tampil dalam peranan yang lebih bervariasi (peneliti, konsultan, fasilitator, motivator, inovator
10.    Pembina hendaknya mampu mengendalikan diri

2.4    Prosedur Penyusunan Program Supervisi Pendidikan
Program supervisi biasanya berisikan kegiatan yang akan dijalankan untuk memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Di dalam program supervisi tertuang berbagai usaha dan tindakan yang perlu dijalankan supaya pembelajaran menjadi lebih bai, sehingga akselerasi belajar peserta didik makin cepat dalam mengembangkan potensi dirinya, karena guru lebih mampu mengajar (Suhardan, 2010:32).
            Program-program supervisi hendaknya memberikan rangsangan terhadap terjadinya perubahan dalam kegiatan pengajaran. Perubahan-perubahan itu dapat dilakukan antara lain melalui berbagai usaha inovasi dalam pengembangan pengembangan kurikulum serta kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam jabatan untuk guru. Kepala sekolah harus menguasai langkah-langkah dalam pelaksanaan supervisi khususnya supervisi peggajaran beserta tujuannya (Maralih, 2014:187).
Program pembinaan yang baik disusun secara realistik (nyata) yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan setempat di sekolah atau di wilayah itu. Menurut Burhanuddin, dkk (2007) untuk menyusun program pembinaan profesional seperti ini perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Mengidentifikasi Masalah-masalah Proses Belajar Mengajar Pembinaan
Upaya memperbaiki dan meningkatkan pengajaran hanya mungkin dilakukan apabila guru dan pembina mengenal dan memahami masalah yang sedang dirasakan. Untuk mengenal masalah yang dihadapi guru sehari-hari, pembina dapat melakukan berbagai cara, misalnya melakukan observasi kelas, menyelenggarakan rapat sekolah, mewawancari guru secara informal atau mengadakan pertemuan pribadi dengan guru, menghadiri pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG), menghadiri pertemuan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), menghadiri pertemuan Pusat Kerja Pengawas Sekolah (KKPS), menghadiri  pertemuan Pusat Kegiatan Guru (PKG), menganalisa laporan daya serap anak, dan cara lain yang dapat dilakukan sesuai dengan daya kreatifitas para pembina sendiri.
Masalah yang dibahas dalam supervisi dibagi menjadi 2 yaitu masalah umum dan masalah khusus guru. Masalah umum guru terdiri dari: membantu guru dalam menterjemahkan kurikulum dari pusat ke dalam bahasa belajar mengajar dan membantu guru-guru dalam meningkatkan program belajar mengajar (membantu dalam merancangkan program belajar mengajar, membantu dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, membantu dalam menilai proses dan hasil belajar mengajar). Sedangkan masalah khusus yang dihadapi guru adalah membantu guru dalam menghadapi kesulitan dalam mengajarkan tiap mata pelajaran (Piet, 2010:130).
Adapun masalah yang sering dijumpai dapat berupa kesulitan atau kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan gagasan baru yang diperoleh dari hasil penataran/pelaksanaan kebijaksanaan baru pemerintah seperti, penerapan kurikulum muatan lokal, pembaharuan metodologi pengajaran bidang studi, upaya guru memenuhi kenaikan pangkat jabatan fungsional, dan masalah profesional lainnya. Secara wajar masalah-masalah tersebut harus muncul dan dirasakan sendiri oleh guru-guru. Sekalipun demikian ada kemungkinan terdapat guru-guru yang menunjukkan sikap seolah-seolah tidak menghadapi masalah. Guru seperti itu perlu dibantu dan dirangsang untuk mengidentifikasi masalah sendiri dan setelah itu perlu didorong agar guru dapat merasakan kebutuhan profesional. Kepala sekolah harus selalu berusaha mengajak para guru untuk menemukan, menyadari dan mengakui kelemahan-kelemahannya sendiri. Juga perlu disadarkan bahwa masalah yang dihadapi merupakan hal yang wajar.
2.    Menganalisa Masalah
Masalah-masalah profesional yang berhasil diidentifiksi perlu dikaji lebih lanjut supaya diketahui masalah yang sesungguhnya dan faktor-faktor penyebabnya. Dalam tahap ini masalah perlu dikaji secara seksama satu persatu dan sekaligus diidentifikasi faktor-faktor penyebab munculnya masalah tersebut. Selanjutnya, masalah-masalah tersebut dikelompokkan, mana yang merupakan kasus perorangan guru dan mana yang dihadapi oleh kebanyakan guru di sekolah atau di wilayah itu.

3.    Merumuskan Cara-cara Pemecahan Masalah
Setelah masalah pokok dikenal, dipahami dan dikaji faktor penyebabnya, pembina bersama-sama guru atau pembina lainnya mengkaji masalah dan mencari berbagai cara pemecahan yang mungkin dilakukan.
 Dalam pengkajian ini, setiap alternatif pemecahan dipelajari kemungkinan untuk diterapkan dengan cara mepertimbangkan faktor pendukung dan penghambat yang ada seperti fasilitas yang tersedia dan kendala-kendala yang mungkin dihadapi. Alternatif pemecahan masalah yang terbaik adalah alternatif yang paling mungkin dilakukan, karena lebih banyak faktor pendukungnya dibandingkan dengan kendala yang dihadapi. Di samping itu, alternatif pemecahan yang terbaik memiliki nilai tambahan yang paling besar bagi peningkatan mutu proses dan hasil belajar anak.
Proses pemecahan masalah hendaknya dilakukan melalui dialog profesional dalam forum pertemuan pribadi, rapat sekolah, pertemuan KKG, KKKS, KKPS. Bagi para pembina, forum pemecahan masalah yang harus dipandang sebagai forum untuk pengembangan kreatifitas guru-guru dan para pembina sendiri. Dengan cara demikian diharapkan lahir ide atau gagasan yang relevan dan praktis sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Berikut dijabarkan permasalahan guru dan proses pemecahan masalah dalam rangka pembinaan personil/guru menurut Rifai (1987) antara lain:
a.   

Dengan cara/teknik
· Observasi
· Kunjungan kelas
· Pertemuan pribadi
· Studi laporan/dokumen
· Kuesioner
·  



Tentang keseluruhan situasi belajar mengajar
· Murid
· Guru
· Program pengajaran
· Alat/fasilitas
· Situasi dan kondisi

Pengumpulan data





Studi laporan/dokumentasi






b.   

Tentang:
· Keberhasilan muri
· Keberhasilan Guru
· Faktor-faktor penunjang dan penghambat dalam proses belajar mengajar

 Penyimpulan/penilaian

Dengan cara
· Menentukan kriteria bersama  
· Pertemuan pribadi
· Diskusi antar guru
 






c.    Deteksi kelemahan



Tentang
· Penampilan guru depan kelas
· Penguasaan materi
· Penguasaan metode
· Hubungan antar personil
· Administrasi kelas


Dengan cara
· Pertemuan pribadi
· Rapat staf
· Konsultasi dengan narasumber

 









d.   Memperbaiki kelemahan/meningkatkan kemampuan

Dalam hal
· Kelemahan/kekurangan yang telah ditemukan bersama


Dengan cara
· Informasi langsung/tidak langsung
· Demonstrasi
· Inter class dan ingat school visit
· Tugas bacaan
· Penataran dalam berbagai bentuk

 








e.   

Dengan cara:
· Kunjungan kelas
· Pertemuan pribadi
· Diskusi
 Bimbingan dan pengembangan

Dalam hal:
· Penerapan hasil usaha peningkatan/penataran

 





f.    

Dengan cara
· Kunjungan kelas
· Pertemuan pribadi
· Observasi
· Diskusi


Dalam  hal
· Perubahan yang telah tercapai sebagai hasil peningkatan dan bimbingan

Penilaian kemajuan





Pertemuan pribadi merupakan teknik supervisi yang efektif sebab memberi kesempatan seluasnya-luasnya bagi kepala sekolah atau pengawas/pemilik untuk berbicara langsung dengan guru tentang masalah yang berkaitan dengan profesional pribadi mereka. Masalah-masalah itu banyak ragamnya, ada yang berkaitan dengan pengajaran, segala sesuatu yang dibutuhkan guru, pemilihan, dan penggunaan alat peraga.
Diskusi kelompok, merupakan suatu kegiatan kelompok dalam situasi tatap muka, bertukar informasi atau untuk memutuskan suatu keputusan tentang masalah tertentu. Dalam diskusi kelompok harus sebaiknya tidak mempersoalkan kesulitan yang bersifat pribadi, melainkan membina kerja sama antara guru-guru agar saling mengisi, saling membantu dalam usaha meningkatkan kemampuan mereka.
Demonstrasi mengajar, rencana demonstrasi sebaiknya disusun secara teliti dan mengutamakan penekanan yang dianggap penting. Setelah dilakukan demonstrasi diadakan diskusi tentang aspek yang ditekankan dan permasalahan yang ada (Burhanuddin, 2005:106).
Perkunjungan kelas-kelas tertentu sebaiknya sekali-kali kepala sekolah mengunjungi guru sementara guru itu mengajar. Dengan demikian ada tiga macam perkunjungan kelas yaitu: perkunjungan tanpa memberitahu, perkunjungan dengan memberitahu, perkunjungan atas undangan guru (Daryanto, 2001:192).
Rapat staf adalah kegiatan yang dilakukan secara berkelompok dimana kepala sekolah mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru. Berbagai hal dapat dijadikan bahan dalam rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi seperti hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaaan dan pengembangan kurikulum, pembinaan administrasi atau tata laksana sekolah, dan pengelolaaan keuangan sekolah. Observasi adalah kegiatan melihat/mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Observasi diikuti dengan mengadakan diskusi diantara guru-guru pengamat dengan demostrasn yang dilakukan segera setelah demonstrasi mengajar selesai dilakukan (Purwanto, 2014:120-122).
4.    Implementasi Pemecahan Masalah
Saat yang paling kritis dalam setiap upaya perbaikan pengajaran adalah apakah guru-guru mau mempraktekkan gagasan yang telah dipahaminya pada kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil pemecahan masalah bukan sekedar untuk dipahami, akan tetapi yang lebih penting adalah untuk dilaksanakan di kelas. Hal ini sangat penting, karena upaya perbaikan atau pembaharuan pengajaran apapun tidak akan mempunyai dampak terhadap peningkatan proses dan hasil belajar mengajar apabila tidak dipraktekkan di kelas. Oleh karena itu, dalam tahap ini para pembina perlu memonitor apa yang terjadi di balik pintu kelas misalnya dengan melakukan pengamatan di tiap kelas. Untuk membangun semangat guru dalam melaksanakan perbaikan pengajaran, para pembina sebaiknya berperan sebagai seorang pemberi kemudahan (fasilitator) dan yang mampu memberikan dorongan motivator, bimbingan dan nasehat (konsultan) kepada guru-guru.
5.    Evaluasi dan Tindak Lanjut
Evaluasi selama kegiatan pembinaan adalah proses pengumpulan informasi, diperlukan untuk selanjutnya digunakan bagi upaya perbaikan pengajaran lebih lanjut. Para pembinaan perlu mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan pendekatan atau teknik perbaikan pembelajaran di kelas yang telah disepakati, faktor-faktor pendukung dan kendala pelaksanaan yang dihadapi para guru. Dapat mengumpulkan informasi di atas melakui pengamatan di kelas, pertemuan pribadi, rapat sekolah, pertemuan KKG, KKKS, KKPS. Dalam forum tersebut setiap orang memiliki peluang untuk saling belajar dari pengalaman masing-masing terutama yang menyangkut keberhasilan dan kegagalan serta faktor-faktor yang mempengaruhi selama penerapan gagasan pembaharuan. Bahan dan pengalaman yang diperoleh ini selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai masukan penyusunan program pembinaan.
Penyusunan program supervisi pendidikan dilaksanakan oleh kepala sekolah. Dalam penyusunan program supervisi pendidikan kepala sekolah melibatkan wakil kepala dan guru-guru. Penyusunan program supervisi pendidikan dibuat pada awal tahun ajaran agar program kegiatan supervisi dapat diintegrasikan dalam kegiatan-kegiatan sekolah secara komprehensif. Pelaksanaan supervisi pendidikan dilakukan setiap awal tahun pelajaran, setiap awal semester dan pada saat berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar. Sedangkan evaluasi program supervisi pendidikan dilakukan pada setiap akhir semester ganjil dan semester genap dengan tujuan dapat mengetahui sejauhmana pencapaian program supervisi yang telah dilaksanakan (Suryani, 2015:29).

2.5    Sistematika Program Supervisi Pendidikan
Sistematika program supervisi menurut Depdikbud (1994) sekurang-kurangnya memuat:
1.    Gambaran apa yang akan dilakukan
Dalam hal ini sudah adanya analisis terhadap masalah dan mulai ada gambaran cara mengatasi permasalahan yang dihadapi. 
2.    Cara melakukan
Merupakan tindak lanjut daripada gambaran atau realisasi gambaran yang dituangkan dalam prosedur kegiatan.
3.    Waktu pelaksanaan
     Sudah adanya jadwal pelaksanaan kegiatan.
4.    Fasilitas yang dibutuhkan
Mencakup identifikasi alat-alat atau sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan guna berjalannya  proses kegiatan.
5.    Cara mengukur keberhasilan pelaksanaan
Adanya tolak ukur atau kriteria keberhasilan pelaksanaan program supervisi yang meliputi: (a) inisiatif dan kreativitas guru-guru berkembang, (b) semangat kerja guru-guru tinggi, (c) adanya hubungan yang harmonis antara guru dan pengawas, pengawas dapat memenuhi perannya sebagai konsultan dan fasilitator, (d) suasana kekeluargaan, kebersamaan, keterbukaan, dan keteladanan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari disekolah, serta menjiwai setiap kegiatan supervisi.
Sedangkan menurut Suryani (2015) program-program supervisi yang disusun mengenai jadwal kegiatannya terdiri dari tanggal dimulai pelaksanaannya sampai akhir, alat yang diperlukan, tujuan yang ingin dicapai, rancangan untuk pengembangan kemampuan profesianal guru, meningkatkan motivasi kerja guru dan bagaimana cara agar supervisi pendidikan dapat berjalan dengan baik.


BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan


e)    Analisis hasil pengawasan
f)     Evaluasi
g)    Laporan
h)    Tindaklanjut

Program supervisi pendidikan adalah rincian kegiatan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Dalam pelaksanaan program supervisi terdapat pula suatu siklus secara periodik, sebagai contoh siklus kegiatan pengawas sekolah yang meliputi:
a)    Program pengawasan
b)   Penilaian
c)    Pembinaan
d)   Pemantauan
Sedangkan ruang lingkup utama dari supervisi pendidikan meliputi:
a)    Pelaksanaan kurikulum;
b)   Ketenagaan atau personel sekolah ketatahusahaan atau administrasi sekolah;
c)    Ketatahusahaan atau administrasisekolah;
d)   Sarana dan prasarana pendidikan;
e)    Hubungan sekolah dengan masyarakat.
f)    Kerjasama antara semua pihak dalam pengembangan penyelenggaraan pendidikan.
Serta ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan agar program supervisi pendidikan berhasil, diantaranya:
a)    Pembinaan dimulai dari hal-hal positif;
b)   Hubungan antara para Pembina dan guru didasarkan atas hubungan kesejawatan;
c)    Pembinaan didasarkan pada pandangan obyektif;
d)   Pembinaan didasarkan pada tindakan manusiawi;
e)    Pembina dilaksanakan terus-menerus dan berkesinambungan tetapi tidak mengganggu jam belajar efektif.
Kemudian cara menyusun program supervisi pendidikan, diantaranya:
a)    Idenifikasi masalah;
b)   Menganalisis masalah;
c)    Merumuskan cara-cara pemecahan masalah;
d)   Implemintasi pemecahan masalah;
e)    Evaluasi dan tindaklanjut.


DAFTAR RUJUKAN


Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press.
Burhanuddin, Soetopo, H., Imron. A., Maisyaroh, dan Ulfatin,. N. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran: Konsep, Pendekatan, dan Penerapan Pembinaan Profesional. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Burhanuddin, Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Campbell, et, al. 1983. Intoduction to Educational Administration. Boston: Allyn and Bacon
Daryanto, H. M. 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Depdikbud .1994. Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Dasar
Gunawan & Ary, 1996. Adminsitrasi Sekolah;Adminstasi Pendidikan Makro. Jakarta: Rineka Cipta.
Jejen &  Musfah,2015. Manajemen Pendidikan;Teori, Kebijakan dan Praktik. Jakarta: Prenadamedia Group
Maralih. 2014. Peranan Supervisi dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan. Jurnal Qathruna, 2014/1(Nomor 1) (online) (http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/download/251/250/) diakses 21 Februari 2018
Mulyasa, 2006. Kurikulum Yang Sempurna. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Prasojo, L. D., dan Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media
Purwanto, 2014. Administrasi & Supervisi Pendidikan.Jakarta: Remaja
       Rosdakarya
Rifai, Mohammad. 1987. Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: Jemmars
Sahertian, Piet, A. 2010. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.
Sulistyorini, 2009. Manajemen Pendidikan Islam; Konsep, Strategi, Dan Aplikasi,
       Tulungagung: Teras
Suryani, Cut. 2015. Implementasi Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran di MIN Sukadamai Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Didaktika, 2015/16 (Nomor 1) (online)
       (http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/didaktika/article/viewFile/585/488)         diakses 21 Februari 2018
Wijono, 1989. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: LPTK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar