TEORI
BELAJAR HUMANISTIK
Menurut Rogers & Habermas
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Belajar dan Pembelajaran
Yang dibimbing oleh Dr. Raden Bambang
Sumarsono, M.Pd
Disusun oleh :
1. Balqis
Fitria Rahma (170131601056)
2. Salsabilla
Taftania (1701316010
3. Widi
Ika Cahyani (170131601078)
4. Wulan
Roudhotul N (1701316010

UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Agustus,
2018
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah
SWT. karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
pembahasan manajemen sarana dan prasarana guna memenuhi tugas mata kuliah Belajar
dan Pembelajaran di Universitas Negeri Malang (UM).
Dengan adanya pembuatan makalah ini
diharapkan dapat membawa manfaat bagi para pembaca sebagai bahan referensi
makalah kedepannya juga dapat meningkatkan pengetahuan tentang bahasan yang
kami rangkum dari makalah ini.
Berbagai kendala kami alami untuk
menyusun makalah ini dapat teratasi dengan adanya bantuan, bimbingan, dari
semua pihak terutama dosen Belajar dan Pembelajaran yang selalu membimbing
dalam penyusunan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran
terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki. Karena kami menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna.
Malang, 28 Agustus
2018
Penyusun
|
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................I
DAFTAR ISI..............................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..............................................................................................1
B. Masalah
atau Topik Bahasan........................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Teori Belajar Humanistik
..2
B. Kelebihan
dan Kekurangan Teori Humanistik..............................................9
C. Teori
Humanistik dalam Pembelajaran........................................................9
D. Aplikasi
Teori Humanistik dalam Pembelajaran..........................................10
E. Implikasi
Teori Belajar Humanistik..............................................................11
F. Pandangan
dan Kritik Humanisme..............................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................13
DAFTAR RUJUKAN..............................................................................................14
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendekatan
humanistik menekankan keunikan, individualitas, dan humanitas tiap individu.
Sehingga setiap orang berbeda antara satu dengan lainnya. Kaum humanistik juga
memberikan alasan tambahan bahwa munculnya humanistik karena adanya
dehumanisasi dalam perkembangan sains itu sendiri.
Konflik
antara pendekatan humanistik dan behavioristik atau kognitif berpulang pada
orientasi yang secara mendasar berbeda antar ketiganya dalam hal keyakinan dan
sikap tentang manusia. Humanis menolak orientasi pendekatan teknologis yabg
mekanis seperti behavioristik. Pada bab ini akan diketengahkan teori-teori dari
Rogers & Habernas.
B. Masalah atau Topik Bahasan
1. Apa
pengertian teori belajar humanistik?
2. Apa kelebihan
dan kekurangan dari teori humanistik?
3. Bagaimana
penerapanteori humanistik dalam pembelajaran?
4. Bagaimana
aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran?
5. Bagaimana
implikasi teori belajar humanistik?
6. Apa
saja pandangan dan kritik humanisme?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian teori belajar humanistik
2. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori humanistik
3. Untuk
mengetahui penerapan teori humanistik dalam pembelajaran
4. Untuk
mengetahui aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran
5. Untuk
mengetahui implikasi teori belajar humanistik
6. Untuk
mengetahui pandangan dan kritik humanisme
|
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TEORI
HUMANISTIK
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya
untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang
disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme
biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakteristik yang sangat kuat yang
tampak dari para pendidik beraliran humanisme.
Dalam artikel Some Educational Implications of the Humanistic
Psychologist, Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Frued dan
behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah
potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia daripada befokus pada ketidaknormalan atau sakitseperti
yang dilihat oleh teori psikoanalisis Freud. Pendekatan ini melihat kejadian
setelah sakit tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya
untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang
disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik, biasanya
memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
|
|
Dalam praktiknya, teori ini antara lain dapat terwujud dalam pendekatan
yang diusulkan oleh Ausubel yang disebut belajar bermakna atau meaningful
learning (Ausubel juga dimasukkan dalam aliran kognitif). Teori ini juga
terwujud dalam teori Bloom, Krathwohl, Kolb, Mumford dan Habermas.
1. Teori
Belajar Humanistik Menurut Habermas
Habermas
memiliki pandangan bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan
lingkungan maupun dengan sesama manusia (Uno, 2008:16). Dengan asumsi ini,
Habermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Belajar Teknis (Technical learning)
Dalam belajar teknis, siswa belajar bagaimana
berinteraksi dengan alam sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola
alam dengan cara mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
itu.
b. Belajar praktis (Practical learning)
Dalam belajar praktis, siswa juga belajar
berinteraksi. Akan tetapi, pada tahap ini lebih dipentingkan adalah interaksi
antara dirinya dengan orang-orang di sekelilingnya. Pada tahap ini, pemahaman
siswa terhadap alam tidak berhenti sebagai pemahaman yang kering dan terlepas
kaitannya dengan manusia. Akan tetapi, pemahaman terhadap alam justru relevan
dan jika hanya berkaitan dengan kepentingan manusia.
c. Belajar emansipatoris (Emancipatoris learning)
Dalam tahap ini, siswa berusaha mencapai pemahaman,
kesadaran yang sebaik mungkin tentang perubahan kultural dari suatu lingkungan.
Bagi Habermas,
pemahaman dan
kesadaran terhadap transformasi kultural ini dianggap tahap belajar yang paling
tinggi. Sebab, transformasi kultural inilah yang dianggap sebagai tujuan
pendidikan yang paling tinggi.
|
2. Teori
Belajar Humanistik Menurut Carl
Ransom Rogers
Carl Ransom
Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago sebagai anak keempat
dari enam bersaudara. Semula, Rogers menekuni bidang agama, tetapi akhirnya
pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas
Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931. Sebelumnya ia telah merintis
kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak. Gelar
profesor diterimanya di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku
pertamanya, Counseling and phsycotherapy dan secara bertahap
mengembangkan konsep Client-Centered Therapy. Rogers membedakan dua tipe
belajar, yaitu:
a. Kognitif (kebermaknaan)
b. Experiental (pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam
pengetahuan terpakai, seperti mempelajari mesin dengan tujuan memperbaiki
mobil. Experiental learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan siswa. Kualitas belajar experiental learning mencakup keterlibatan
siswa secara personal, berinisiatifm evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya
efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers, yang terpenting dalam proses
pembelajaran adalah guru perlu memerhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran,
yaitu:
a.
Menjadi
manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
b.
Siswa
akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan
pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang
bermakna bagi siswa.
c.
Pengorganisasian
bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa.
d.
Belajar
yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom to Learn, ia menunjukkan
sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah
sebagai berikut:
a.
Manusia itu
mempunyai kemampuan belajar secara alami.
|
b.
Belajar
yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c.
Belajar
yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d.
Tugas-tugas
belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan
apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e.
Apabila
ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai
cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f.
Belajar
yang bermakna diperoleh dari siswa dengan melakukannya
g.
Belajar
diperlancar bila siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h.
Belajar
inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun
intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i.
Kepercayaan
terhadap diri sendiri, kemerdekaan dan kreativitas lebih mudah dicapai terutama
jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya bdan penilaian
dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j.
Belajar
yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar,
suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke
dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep
mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers, diteliti oleh Aspy dan
Roebuck pada tahun 1975, mengenai kemampuan para guru yang menciptakan kondisi
yang mendukung, yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri
guru yang fasilitatif:
a.
Merespons
perasaan siswa
b.
Menggunakan
ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
c.
Berdialog
dan berdiskusi dengan siswa
d.
Menghargai
siswa
e.
Kesesuaian
antara perilaku dan perbuatan
f.
Menyesuaikan isi
kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari
siswa)
|
g.
Tersenyum
pada siswa
Dari penelitian itu, diketahui guru yang fasilitatif
mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep dari siswa,
mengingkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa
dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan
dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa
menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Sejak awal, Rogers mengamati bagaimana kepribadian
berubah dan berkembang. Ada tiga konstruksi yang menjadi dasar penting dalam
teorinya, yaitu organisme, medan fenomena, dan diri.
1. Organisme
Pengertian makhluk hidup mencakup tiga hal: (a)
Makhluk hidup, organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan
psikologisnya dan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat
dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang
terjadi dalam diri dan dunia eksternal; (b) Realitas subjektif, organisme
menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya, realita adalah persepsi
yang sifatnya subjektif dan dapat membentuk tingkah laku; (c) Holisme,
organisme adalah satu kesatuan sistem sehingga perubahan dalam satu bagian akan
berpengaruh pada bagian lain, setiap perubahan memiliki makna pribadi dan
bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan
diri.
2. Medan fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik
yang internal maupun eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan
fenomena ini merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya
di dunia, sebagaimana persepsi subjektifnya
3.
Diri
|
Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika
potongan-potongan pengalaman membetuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas
diri akan identitas dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau
buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah terbentuk
, aktualisas diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk
mengaktualisasi sang diri sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran. Dengan
demikian, kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu pada pengalaman organik
individual, sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran dan
ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.
Menurut Carl Rogers, ada beberapa hal yang
mempengaruhi diri, yaitu:
1.
Kesadaran
Tanpa adanya
kesadaran, konsep diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada tiga tingkat
kesadaran, yaitu:
a.
Pengalaman
yang dirasakan di bawah ambang sadar akan ditolak atau disangkal
b.
Pengalaman
yang dapat diaktualisasikan secara simbolisakan secara langsung diakui oleh
struktur diri.
c.
Pengalaman
yang dirasakan dalam bentuk distordi. Jika pengalaman yang dirasakan tidak
sesuai dengan diri (self), dibentuk kembali dan didistoriskan sehingga
dapat diasimilasikan oleh konsep diri.
2.
Kebutuhan
a.
Pemeliharaan;
pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara dan
keamanan sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk berkembang.
b.
Peningkatan
diri; meskipun tubuh menolak untuk berkembang, diri juga mempunyai kemampuan
untuk belajar dan berubah.
3. Penghargaan positif (Positive Regard)
Begitu kesadaran
muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai atau diterima oleh orang lain.
4.
Penghargaan Diri
yang poditif (Positive Self-regard)
|
Berkembangnya
kebutuhan akan penghargaan diri (self regard) sebagai hasil pengalaman
dengan kepuasan dan frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan mencari
kepuasan akan positive self-regard.
5. Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis
terjadi bila:
a. Ada ketidakseimbangan antara konsep diri dan
pengalaman yang dirasakan oleh diri organis.
b. Ketimpangan yang semakin besar antara konsep diri dan
pengalaman organis membuat seseorang menjadi mudah terkena serangan. Kurang
akan kesadaran diri akan membuat diri seseorang berperilaku tidak logis, bukan
hanya untuk orang lain, namun juga untuk dirinya.
c. Jika kesadaran diri tersebut hilang, muncul
kegelisahan tanpa sebab dan akan memuncak menjadi ancaman.
Untuk mencegah tidak konsistennya pengalaman organik
dengan konsep diri, perlu diadakan pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman
adalah penyangkalan dan distorsi terhadap pengalaman yang tidak konsisten.
Distorsi adalah salah interpretasi dengan pengalaman konsep diri, sedangkan
penyangkalan adalah penolakan terhadap pengalaman. Keduanya menjaga konsistensi
antara pengalaman dan konsep diri supaya berimbang.
Cara pertahanan adalah karakteristik untuk orang
normal dan neurotik. Jika seseorang gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut,
individu akan menjadi tidak terkendali dan psikotik. Individu dipaksakan untuk
menerima keadaan yang tidak sesuai dengan konsep dirinya terus-menerus dan
akhirnya konsep dirinya hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat muncul
mendadak atau dapat pula muncul bertahap.
Rogers juga merumuskan dinamika kepribadian sebagai
berikut.
1. Penerimaan positif (Positive Regard)
Orang merasa puas menerima regard positif,
kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang
lain.
2.
Konsistensi dan
kesesuaian diri (Self Consistency and Congruence)
|
Organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi
(keadaan tanpa konflik) dari persepsi diri dan kongruen (kesesuaian) antara
persepsi diri dan pengalaman.
3.
Aktualisasi
diri (Self actualization)
Freud memandang organisme sebagai sistem energi dan
mengembangkan teori bagaimana energi pikik ditimbulkan, ditransfer, dan
disimpan.
Rogers memandang organisme terus-menerus bergerak
maju. Tujuan tingkah laku bukan untuk mereduksi tegangan energi, melainkan mencapai
aktualisasi diri, yaitu kecederungan dasar organisme untuk aktualisasi, yakni
kebutuhan pemeliharaan (mainrenance) dan peningkatan diri (enhancement).
B.
KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN TEORI HUMANISTIK
Kelebihan
teori humanistik dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
2. Indikator keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar, dan terjadi perubahan pola
pikir, perilaku, serta sikap atas kemauan sendiri.
3. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak
terikat oleh pendapat orang laindan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan,
norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
Adapun kekurangan teori humanistik yaitu siswa yang
tidak mau memahami potensi dirinya akan ketertinggalan dalam proses belajar.
C.
TEORI
HUMANISTIK DALAM PEMBELAJARAN
Menurut Hitipeuw (2009:133) pokok-pokok teori
humanistik dalam pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.
Rogers,
Maslow, & Comb menekankan student-centered teaching. Siswa ikut
memainkan peran lebih penting dalam menentukan kurikulum.
2.
Guru sebagai
fasilitator yang caring, sensitive, genuine& empathetic.
|
3.
Pendekatan
ini menekankan perkembangan personal dan sosial yang sehat.
4.
Menekankan
pengalaman sukses dalam belajar. Free school; open
classroom,community-centered education adalah label-label pendidikan yang
menekankan kesejahteraan siswa.
Secara umum pendekatan humanistik dalam pendidikan
menentukan 4 hal :
1.
Affect
: Penekanan lebih besar pada feeling & thinking dan bukan pada pemerolehan
informasi (pendekatan kognitif)
2.
Self-Concept
: Secara nyata menekankan perkembangan self-concept yang positif pada anak.
3.
Communication
: Perhatian diarahkan pada perkembangan hubungan manusia yang positif dan
komunikasi antar individu yang jujur.
4.
Personal
value : mengakui pentingnya nilai-nilai personal siswa, dan berusaha memfasilitasi
perkembangan nilai-nilai yang positif tersebut.
D.
APLIKASI
TEORI HUMANISTIK DALAM PEMBELAJARAN
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah
menjadi fasilitator bagi para siswa, sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Ketika siswa memahami potensi
diri, diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih
kepada proses belajarnya dari pada hasil belajar. Sedangkan proses yang umumnya
dilalui adalah sebagai berikut:
1.
Merumuskan
tujuan belajar yang jelas.
2.
Mengusahakan
partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur, dan
positif.
3.
Mendorong
siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri.
4.
Mendorong siswa
untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.
|
5.
Siswa
didorong untuk mengemukakan pendapat, memilih pilihannya, melakukan apa yang
diinginkan, dan menanggung resiko, perilaku yang ditunjukkan.
6.
Guru
menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai
secara normatif, tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala
resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7.
Evaluasi
diberikan secara individual berdasarkan
perolehan prestasi siswa.
E.
IMPLIKASI
TEORI BELAJAR HUMANISTIK
1. Guru sebagai fasilitator
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru
sebagai fasilitator yang berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi
kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Cara ini merupakan ikhtisar yang sangat
singkat dari beberapa petunjuk berikut ini:
a. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada
penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
b. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas
tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang
bersifat umum.
2. Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing
siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai
kekuatan pendorong, yang tersembunyi du dalam belajar yang bermakna tadi.
3. Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber
untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu
tujuan mereka.
4. Guru menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang
fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok
5. Di dalam menanggapi ungkapan-uangkapan di dalam
kelompok kelas, menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap
perasaan, serta mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi
individual ataupun bagi kelompok.
6.
Bila cuaca
penerimaan kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperan
sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pandangannya sebagai seorang individu
seperti siswa yang lain.
|
7. Guru mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam
kelompok, perasaannya, dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak
memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan
atau ditolak oleh siswa.
8. Guru harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan
yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
9. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator,
pimpinan harus mencoba mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasan
dirinya.
D.
PANDANGAN
DAN KRITIK HUMANISME
1. Pandangan humanisme
a. Behaviorisme bersifat mekanis, mementingkan masa lalu,
berbeda dengan aliran humanistik. Menurut aliran humanistik, individu cenderung
mempunyai kemampuan atau keinginan untuk berkembang dan percaya pada kodrat
biologis dan ciri-ciri lingkungan tidak menekankan pada tingkah laku yang
tampak dan menggunakan metode objektif seperti halnya aliran behaviorisme.
b. Psikoanalisis adalah aliran humanistik yang tidak
menyetujui sifat pesismisme. Dalam aliran humanistik, individu memiliki sifat
yang optimistik, dan apabila psikoanalisis Freud menekankan pada masa lalu,
dalam behaviorisme percaya pada kodrati individu. Manusia berkembang dengan potensi
yang dimilikinya, tidak mengabaikan potensi seperti aliran psikoanalisis.
2. Kritik terhadap teori humanistik
Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan
pada ilmu psikologi dan budaya populer. Sekarang ini, banyak psikolog yang
menerima gagasan ini ketika teori tersebut membahas kepribadian, pengalaman
subjektif manusia mempunyai bobot yang lebih tinggi daripada realitas objektif.
Psikolog humanistik yang tergolong pada manusia sehat daripada manusia yang bermasalah, juga telah menjadi
kontribusi yang bermanfaat. Meskipun demikian, kritik terhadap teori humanistik
tetap mempunyai beberapa argumentasi sebagai berikut:
a. Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan
gagal untuk memberikan pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia.
b. Teori humanistik, seperti halnya teori psikodinamik,
tidak bisa diuji dengan mudah.
c. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperto
orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan
subjektif. Beberapa kritisi menyangkal bahwa konsep ini bisa mencerminkan nilai
dan idealisme Maslow.
d. Psikologi humanistik mengalami pembiasaan terhadap
nilai individualistis.
e. Teori humanistik ini dikritik karena sukar digunakan
dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan dunia
filsafat daripada dunia pendidikan.
f. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran, yaitu
guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman,
serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya
untuk melakukan hal-hal yang positif. Berbeda dengan behaviorisme yang melihat manusia sebagai
suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manusia atau dengan freudian
yang melihat motivasi sebagai berbagai macam kebutuhan seksual, humanistik
melihat perilaku manusia sebagai campuran anatara motivasi yang lebih rendah
atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah satu ciri utama pendekatan
humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia, dan motivasi yang
dimiliki binatang.
Meskipun teori ini sangat menekankan pada isi dari proses belajar, dalam
kenyataannya teori ini lebih banyak bicara tentang pendidikan dan proses
belajar dalam bentuk yang paling ideal. Teori ini lebih tertarik pada ide
belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperti apa adanya,
seperti yang sering terjadi dalam keseharian. Teori ini bersifat ekletik dan
teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia
(mencapai aktualisasi) dapat tercapai.
|
DAFTAR RUJUKAN
Burhanuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori
Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hitipeuw. 2009. Belajar & Pembelajaran.
Malang: FIP UM
Purwanto, Drs. M. Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan
Teoretis dan Praktis. (Cetakan Kesembilanbelas). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Soerjani, Mohamad. 2009. Pendidikan Lingkungan
(Environmental Education) Sebagai dasar Sikap dan Perilaku bagi Kelangsungan
Kehidupan Menuju Pembangunan Berkelanjutan. (Edisi I). Jakarta: Yayasan
Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan.
Thobroni, M. 2017. Belajar & Pembelajaran Teori
Dan Praktik (Cetakan kedua). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Uno, Dr. Hamzah B. 2006. Orientasi Baru dalam
Psikologi Pembelajaran (Cetakan pertama). Jakarta: PT Bumi Aksara
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar