SUPERVISI
PENGAJARAN DENGAN PENDEKATAN KLINIS
Dehfi Yuhwaningsih
Desi Retno Nugraheni
Eka Asri Pratiwi
Rosa Melani
Wulan Roudhotul Nasikhah
Jurusan
Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas
Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Kota Malang 65147
e-mail : zensamramry@gamail.com
Abstract: Teaching supervision with a clinical as a form of supervision that is focused on improving teaching and teachers are expected to have the ability and can improve the quality of learning processes and outcomes. The study to find out know the implementation of clinical supervision in improving teacher teaching. The method used in this study a qualitative method with data collection techniques that are literature study or literature study. The results obtained in writing are expected to be able to find out the understanding of clinical supervision, goals, characteristics, principles of clinical supervision, and the stages of clinical supervision.
Key Word: teaching supervision, clinical supervision, supervision
Abstrak: Supervisi pengajaran dengan pendekatan klinis sebagai bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dan diharapkan guru memiliki kemampuan serta dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas. Tujuan penelitian ini agar dapat mengetahui pelaksanaan supervisi klinis dalam peningkatan pengajaran guru. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang bersifat study pustaka atau studi literatur. Hasil yang didapatkan dalam penulisan diharapkan dapat mengetahui pengertian supervisi klinis, tujuan, ciri-ciri, prinsip-prinsip pelaksanaan supervisi klinis, serta tahapan pelaksanaan supervisi klinis.
Kata Kunci: supervisi pengajaran, supervisi klinis, supervisi
Kualitas
pembelajaran di sekolah sangat bergantung pada kualitas tenaga pendidik atau
guru. Oleh karena itu kualitas guru harus dibangun agar dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Agar guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka
diperlukan pengawas atau supervisor yang dapat mengarahkan dan membantu guru
dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurut Maisyaroh (2015: 2) menyatakan bahwa
hakekat supervisi pengajaran bukan menilai performansi guru dalam mengelola
proses belajar mengajar, tetapi membantu guru mengembangkan kemampuannya.
Bafadal (2007) menyimpulkan ada tiga konsep pokok
dalam pengertian supervisi pengajaran. Pertama, supervisi pengajaran harus
secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola
proses belajar mengajar. Kedua, perilaku supervisor dalam membantu guru
mengembangkan kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu
mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Ketiga, tujuan akhir
supervisi pengajaran adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi
murid-muridnya. Karena dalam prakteknya guru perlu memantapkan
kemampuannya, serta tidak jarang juga guru melakukan kesalahan dalam mengajar,
oleh karena itu guru memerlukan layanan supervisi pengajaran.
Menurut
Suhardan dalam Salma, dkk (2018:19) menyatakan
bahwa, subtansi kegiatan pengawasan profesional di sekolah berbentuk membina
sekolah dan gurunya, dalam bahasa akademik di sebut supervisi. Layanan supervisi
pengajaran bagi guru salah satunya adalah supervisi pengajaran klinis.
Supervisi klinis merupakan bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan
mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan
serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata,
serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.
METODE
Metode
yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu dengan menggunakan metode kualitatif
dengan teknik pengumpulan data yang bersifat studi pustaka atau studi literatur.
Studi literature adalah cara yang digunakan untuk menghimpun data dalam menyelesaikan
suatu masalah melalui sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya, yang mana sumber-sumber
tersebut dapat berupa buku, jurnal, maupun hasil studi kasus penelitian yang
terdapat di internet dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dari data
yang diperoleh melalui sumber-sumber tersebut dikelola dan dianalisi sehingga menghasilkan
suatu jabaran teori terhadap pokok bahasan yakni mengenai Supervisi Pengajaran dengan
Pendekatan Klinis.
PEMBAHASAN
Definisi Supervisi
Klinis
Supervisi klinis merupakan pembinaan profesional yang
dilakukan secara sistematis kepada guru sesuai kebutuhan guru yang bersangkutan
dengan tujuan untuk membina keterampilan mengajarnya. Pembinaan itu dilakukan
dengan cara yang memungkinkan guru menemukan sendiri cara-cara untuk
memperbaiki kekurangannya sendiri.
Menurut
Muslim (2013:100) “Supervisi klinis dapat dipandang sebagai konsep dan bisa
pula dipandang sebagai proses kegiatan. Supervisi klinis dapat dipergunakan sebagai
pendekatan pemecahan masalah untuk supervisi pengajaran.”
Menurut Gunawan (2015:470) menyatakan bahwa supervisi klinis
yaitu suatu kegiatan bimbingan kepada tenaga pendidik guna memenuhi kebutuhan tenaga
pendidik tersebut dengan melalui proses tahapan yang sistematis dan berulang baik
dalam perencanaan, pelaksanaan dengan pengamatan yang cermat, dan pengkajian
yang dilakukan sesegera mungkin dan obyektif mengenai bagaimana peforma pengajaran
yang nyata. Sehingga dapat berguna dalam peningkatan skill mengajar serta sikap profesional tenaga pendidik tersebut.
Dari beberapa penjelasan diatas bisa ditarik kesimpulan
bahwa supervisi klinis merupakan bentuk supervisi yang difokuskan pada
peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan,
pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar
yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi
klinis adalah proses membantu dosen memperkecil kesenjangan antara tingkah laku
mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Dengan supervisi
diharapkan guru memiliki kemampuan dan dapat meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran yang berkualitas.
Sasaran Supervisi Klinis
Supervisi dalam pelaksanaannya baik menggunakan pendekatan ilmiah,
artistik, maupun klinis memiliki sasaran objek yang sama, yaitu
tenaga pendidik (guru). Secara khusus sasaran pelaksanaan
supervisi adalah peningkatan
kompetensi
atau kemampuan tenaga pendidik dalam pembelajaran.
Baik dilihat dari kompetensi
atau kemampuan pedagogi, profesional, kepribadian, maupun kompeten sosial, yang
mana hal tersebut akan sangat memengaruhi kegiatan pembelajaran dan hubungan tenaga pendidik dengan peserta didik maupun dengan sesama tenaga pendidik agar
dapat menciptakan lingkungan akademik yang
kondusif sesuai dengan tujuan akademik. Menurut
(Sujak, 2011:37) menyatakan bahwa “sasaran dari pelaksanaan
supervisi klinis adalah guru yang kurang mampu dalam mengelola pengajaran
secara professional ataupun guru yang ingin meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajarnya menuju guru
yang professional. Dari pendapat
tersebut, dapat
dipahami bahwa secara lebih spesifik sasaran pelaksanaan
supervisi klinis adalah tenaga pendidik (guru) yang kemampuannya masih kurang
(dibawah standar ketentuan) dan tenaga pendidik
(guru) yang memiliki motivasi tinggi dalam meningkatkan
kemampuannya
menjadi tenaga pendidik profesional.
Jadi dalam hal ini, supervisi
klinis dilakukan tidak
hanya kepada semua tenaga pendidik (guru).
Namun hanya guru tertentu yang benar-benar membutuhkan bantuan dan bimbingan agar
menjadi tenaga kerja profesional di
bidang akademik.
Tujuan Supervisi Klinis
Dalam melaksanakan kegiatan pengawasan pasti memiliki
maksud untuk memberikan perbaikan dan meningkatkan kompetensi juga keterampilan
seorang guru dalam pembelajaran di kelas. Pada supervisi klinis ini terdapat
beberapa tujuan dalam pelaksanaannya seperti yang dikemukakan oleh Zulbakti
(2015:28) secara umum supervisi klinis bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan mengajar guru di kelas. Hubungan ini supervisi klinis merupakan kunci
untuk meningkatkan kemampuan professional guru, secara khusus supervisi klinis bertujuan
menyediakan suatu balikan yang objektif dalam kegiatan mengajar yang dilakuakan
guru dengan berfokus terhadap: 1) kesadaran dan kepercayaan diri dalam mengajar,
2) keterampilan-keterampilan dasar mengajar yang diperlukan, 3) mendiagnosis dan
membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran, 4) guru mengembangkan keterampilan
dalam menggunakan strategi-strategi pembelajaran, 5) membantu guru
mengembangkan diri secara terus menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri.
Tujuan supervisi klinis yaitu kegiatan dalam rangka untuk
melaksanakan pembinaan perkembangan pengajaran guru secara optimal, sehingga
diharapkan mampu mengembangkan keterampilan dalam strategi pengajaran di kelas
dan menyempurnakan segala hal yang masih dirasa kurang dalam pembelajaran oleh
guru. Yang mana guru dapat memperbaiki penampilan mengajar yang lebih tepat dan
profesional.
Ciri-Ciri Supervisi Klinis
Kegiatan supervisi klinis memiliki ciri-ciri yang
membedakan dengan model-model supervisi yang lain. Menurut La Sulo dalam Purwanto
(2006:91-92) mengemukakan ciri-ciri supervisi klinis ditinjau dari segi pelaksanaannya
adalah sebagai berikut:
1.
Bimbingan
supervisor kepada guru/calon guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi;
2.
Jenis keterampilan
yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon guru yang akan disupervisi,
dan disepakati melalui pengkajian bersama antara guru dan supervisor;
3.
Meskipun guru atau calon guru
mempergunakan berbagai keterampilan
mengajar secara terintegrasi, sasaran
supervisi hanya pada beberapa keterampilan
tertentu saja;
4.
Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara
supervisor dan guru berdasarkan kontrak;
5.
Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif
(sesuai dengan data
yang direkam oleh instrumen observasi);
6.
Meskipun supervisor
telah menganalisis dan menginterprestasi
data yang direkam oleh instrumen observasi, didalam
diskusi atau pertemuan balikan guru/calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis penampilannya;
7.
Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan dari pada memerintah atau mengarahkan;
8.
Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka;
9.
Supervisi berlangsung dalam siklus yang
meliputi perencanaan,
observasi, dan diskusi/pertemuan
balikan;
10. Supervisi klinis dapat dipergunakan
untuk pembentukan
atau peningkatan
dan perbaikan keterampilan
mengajar; dipihak lain dipakai dalam konteks pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan (preservice & inservice education).
Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Supervisi Klinis
Permasalahan yang ada dalam supervisi beraneka ragam
dengan faktor-faktor yang ada pun juga berbeda. Seorang supervisor harus
memiliki suatu dasar atau pedoman tetentu yang biasa disebut dengan istilah
prinsip-prinsip dalam melaksanakan supervisi. Menurut Burhanuddin, dkk (2007:
34-35) menyatakan bahwa terdapat beberaa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan supervise klinis, diantaranya yaitu:
a.
Hubungan
guru dengan supervisor lebih bersifat interaktif
dari pada direktif. Hal tersebut
menunjukkan
adanya hubungan kolegial yang sederajat antara guru dan supervisor;
b.
Penentuan tindakan dilakukan secara demokratik.
Keterbukaan kedua belah pihak (guru dan supervisor) sangat ditekankan. Keduanya berhak mengemukakan pendapat yang
akhirnya dicari kesepakatannya.
c.
Terpusat pada guru.
Prinsip ini menekankan prakarsa dan tanggungjawab
guru, terutama dalam pengambilan
keputusan tentang fokus kegiatannya;
d.
Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru
serta tetap dalam ruang lingkup penampilan
guru dalam mengajar dikelas. Dengan demikian memanfaatkan
supervisi klinis dapat benar-benar
dirasakan oleh guru;
e.
Pemberian balikan didasarkan pada rekaman data
yang cermat sesuai dengan kontrak serta dilakukan segera setelah observasi kelas;
f.
Supervisi bersifat bantuan, bukan instruksi dengan tujuan meningkatkan kemampuan mengajar dan pembentukan sikap profesional;
g.
Pusat perhatian dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kontrak yang
telah dibuat bersama.
Seorang supervisor harus mampu memberikan rasa aman
terhadap anggota-anggota suatu kelompok. Dalam melaksanakan kegiatan supervisi
harus dilakukan sesuai kebutuhan guru, agar yang menjadi masalah guru dapat
dilakukan perbaikan. Dengan begitu, jika supervisor melaksanakan supervisi
sesuai pedoman dapat mengarahkan secara tepat, sehingga tidak terjadi tumpang
tindih yang terkesan mencari-cari kesalahan saat guru sedang mengajar.
Tahapan Pelaksanaan Supervisi Klinis
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi
pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih
ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses
belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara
memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut. Jika dalam pendekatan ilmiah dan artistika sama-sama bersikukuh pada kutub
ekstremnya masing-masing, maka pendekatan klinik dalam supervisi pembelajaran
merupakan konvergensi diantara keduanya. Dalam pendekatan klinik ini, supervisi
pembelajaran dilakukan secara kolegial oleh supervisor dengan guru. Melalui
hubungan kolegial atau kesejawatan tersebut, kemampuan mengajar guru dapat
ditingkatkan.
Asumsi yang mendasari supervisi pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan klinik adalah bahwa pembelajaran merupakan aktivitas
yang kompleks. Maka komponen-komponen pembelajaran dapat diisolasi sehingga
menjadi pembelajaran yang terisolasi. Oleh karena itu dalam
mengamati pembelajaran haruslah hati-hati. Dari hasil amatan atas pembelajaran
inilah, supervisor akan mengetahui langkah langkah apa yang harus diambil oleh
supervisor dalam rangka meningkatkan kemampuan mengajar guru.
Asumsi pendekatan klinik yang lain adalah bahwa para guru
dalam mengajar, berdasarkan atas hasil-hasil riset, lebih suka
dikembangkan kemampuannya melalui supervisi yang bersifat kolegial dibandingkan
jenis supervisi yang lain, apalagi dengan cara otoritarian. Pendekatan supervisi yang lebih banyak muatan kolegialitasnya adalah
pendekatan klinik.
Dengan begitu supervisi pengajaran tidak terlepas
dari prosedur dan tahapan dalam pelaksanaannya. Dalam kegiatan supervisi
klinis, dilaksanakan dengan tahapan yang sistematis. Menurut Imron (2011:
60-65) ada 3 episode supervise pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
klinik. Pertama, episode pertemuan awal (pre
conference). Kedua, episode observasi mengajar. Ketiga, episode pertemuan
balikan.
1) Episode
pertemuan awal
Pada tahap ini
seorang supervisor dan guru sama-sama bertemu dengan suasana yang akrab dan
saling terbuka. Dimana suasana ini dibangun agar guru dapat terbuka dengan hal
yang berkaitan dengan proses pembelajarannya. Dengan begitu seorang supervisor
juga harus membangun hubungan kolegial dengan cara pembentukan report. Dengan melakukan pembentukan report maka guru akan terhindar dari
perasaan takut terhadap supervisor. Sebab guru yakin, bahwa seorang supervisor
yang di depannya tidak akan memarahi atau mecari kesalahan-kesalahan dirinya,
melainkan hanya ingin membantu dia dalam proses peningkatan kemampuan
mengajarnya. Untuk target akhir dari episode pertemuan awal ini, guru dan
supervisor mempunyai kesepakatan (kontrak) mengenai hal-hal yang menjadi pusat
perhatian amatan dan perbaikan.
Menurut Imron
(2011: 61-62) ada beberapa aktivitas dalam episode pertemuan awal adalah
sebagai berikut:
a) Supervisor
membentuk report kepada guru, sehingga terdapat suasana kolegialitas antara
supervisor dengan guru. Dengan adanya hal ini maka supervisor dan guru bisa
saling terbuka mengenai apa saja yang berhubungan dengan proses mengajar.
b) Supervisor
bersama-sama dengan guru membicarakan rencana pembelajaran yang dibuat oleh
guru. Rencana pembelajaran ini bermacam-macam wujudnya, sesuai dengan
kesepakatan yang dibangun oleh supervisor bersama dengan guru. Ada yang
menggunakan MSP (Model Satuan Pembelajaran) ala Kemp, ala PPSI, dan lain
sebagainya. Yang jelas, dalam proses rencana pembelajaran yang tercantum tujuan
pembelajaran baik umum maupun khusus, materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar
yang akan dilakukan guru serta instrument evaluasi yang akan dipergunakan untuk
mengukur keberhasilan mengajar. Masing-masing komponen rencana pembelajaran
tersebut dibicarakan satu persatu oleh supervisor dengan guru, dengan maksud
untuk dilihat bersama-sama dan diadakan perbaikan jika ternyata ada yang
kurang;
c) Supervisor
bersama-sama dengan guru mengenali jenis-jenis ketrampilan mengajar. Pengenalan
atas ketram pilan mengajar ini dimaksudkan agar guru dapat memilih jenis
ketrampilan tertentu yang ingin dilatihkan. Dari ketrampilan mengajar yang
dipilih tersebut, supervisor bersama-sama dengan guru menyepakati ketrampilan
yang dilatihkan dengan target tertentu.
d) Supervisor
bersama dengan guru mengembangkan instrument yang akan dipakai sebagai panduan
untuk mengobservasi ketrampilan mengajar guru. Dari hasil pengembangan
instrumen tersebut, supervisor bersama dengan guru menyepakati tentang
penggunaan instrument tersebut sekaligus jenis ketrampilan yang menjadi
aksentuasi atau perhatian padasaat observasi.
Dari penjelasan
diatas bisa disimpulkan bahwa
pada tahap pertemuan awal ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan
rencana tentang materi observasi yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini
dibicarakan dan ditentukan pula jenis data mengajar yang akan diobservasi dan
dicatat selama pelajaran berlangsung. Pada tahap ini suatu komunikasi yang
efektif dan terbuka diperlukan agar supervisor dan guru sebagai mitra tercipta
suasana kerja sama yang harmonis. Setelah itu hasil akhir yang dicapai pada
pertemuan awal ini adalah kesepakatan (contract)
kerja antara supervisor dengan guru.
Dalam hal ini para ahli menyarankan agar pertemuan awal ini dilaksanakan secara
rileks dan terbuka. Perlu sekali diciptakan kepercayaan guru terhadap
supervisor, sebab kepercayaan guru akan mempengaruhi keefektifan pelaksanaan
pertemuan awal ini.
2)
Episode Observasi Kelas
Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan
pembelajaran sesuai pedoman dan prosedur yang telah disepakati pada saat
pertemuan awal. Selanjutnya supervisor melakukan observasi berdasarkan
instrument yang telah dibuat dan disepakati dengan guru. Menurut Imron
(2011: 63) ada beberapa aktivitas-aktivitas dalam episode observasi kelas meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a)
Memasuki ruangan kelas yang akan diajar oleh guru bersama-sama
dengan guru;
b)
Guru memberikan penjelasan kepada para siswa tentang
maksud kedatangan supervisor ke ruang kelas;
c)
Guru mempersilahkan kepada supervisor menempati tempat
yang telah disediakan;
d)
Supervisor mengobservasi penampilan mengajar guru dengan
mempergunakan format observasi yang telah disepakati;
e)
Setelah proses belajar mengajar selesai, guru
bersama-sama dengan supervisor meninggalkan ruangan kelas dan berpindah ke
ruangan khusus untuk melaksanakan aktivitas supervisi.
3)
Episode Pertemuan Balikan
Tahap akhir dari siklus supervisi klinis
adalah analisis pasca pertemuan (post
observation). Supervisor mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi selama
observasi dan seluruh siklus proses supervisi dengan tujuan untuk meningkatkan
performansi guru. Pertemuan akhir merupakan diskusi umpan balik antara
supervisor dan guru. Suasana pertemuan sama dengan suasana pertemuan awal yaitu
suasana akrab penuh persahabatan, bebas dari prasangka, dan tidak bersifat
mengadili. Supervisor memaparkan data secara objektif sehingga guru dapat
mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung.
Yang menjadi dasar dari balikan terhadap guru adalah kesepakatan tentang
item-item observasi yang telah dibuat, sehingga guru menyadari tingkat prestasi
yang dicapai.
Menurut Imron
(2011: 64) ada beberapa aktivitas pada episode pertemuan
balikan ini meliputi:
a)
Supervisor memberikan penguatan kepada guru yang baru
saja mengajar. Supervisor juga dapat menanyakan kepada guru tentang perasaan
yang ia miliki pada saat mengajar. Suasana akrab demikian harus dibangun, agar
guru tidak merasa akan diadili;
b)
Supervisor bersama-sama dengan guru membicarakan kembali
kontrak yang pernah dilakukan, mulai dari tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran yang disajikan dalam pembelajaran metode dan media yang
dipergunakan serta pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
c)
Supervisor menunjukkan hasil observasi yang ia lakukan
berdasarkan format atau instrumen observasi yang pernah disepakati. Hasil
observasi yang disampaikan oleh supervisor ini berupa data mentah dan data yang
telah diinterpretaskan. Selanjutnya, guru diminta memberikan tanggapan atas
hasil observasi yang telah disampaikan oleh supervisor.
d)
Supervisor menanyakan kepada guru, bagaimana perasaannya
dengan hasil observasi tersebut.
e)
Supervisor bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil
pencapaian latihan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan atas
kesimpulan tersebut, supervisor membuat simpulan. Akhirnya supervisor
bersama-sama dengan guru membuat rencana latihan berikutnya.
KESIMPULAN
Supervisi
klinis merupakan bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar
dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta
analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta
bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Dalam pembinaan supervisi
klinis diharapkan mampu mengembangkan keterampilan dalam strategi pengajaran di
kelas dan menyempurnakan segala hal yang masih dirasa kurang dalam pembelajaran
oleh guru. Tujuan supervisi klinis untuk melaksanakan pembinaan perkembangan
pengajaran guru secara optimal, sehingga diharapkan mampu mengembangkan
keterampilan dalam strategi pengajaran di kelas dan menyempurnakan segala hal
yang masih dirasa kurang dalam pembelajaran oleh guru.
Supervisi klinis
juga mempunyai berbagai ciri-ciri yang dapat ditinjau dari segi pelaksanaannya
telah dijelaskan dalam materi. Selanjutnya adalah perlunya mengetahui
prinsip-prinsip dalam pelaksanaan supervisi klinis dan diharapkan supervisor
melaksanakan supervisi sesuai pedoman dapat mengarahkan secara tepat. Tahapan
pelaksanaan supervisi dalam pendekatan klinis ini, supervisi pembelajaran
dilakukan secara kolegial oleh supervisor dengan guru. Melalui hubungan
kolegial atau kesejawatan tersebut, kemampuan mengajar guru dapat ditingkatkan.
Supervisi klinis dilaksanakan dengan 3
tahapan. Pertama, episode pertemuan awal (pre conference). Kedua,
episode observasi mengajar. Ketiga, episode pertemuan
balikan.
DAFTAR RUJUKAN
Bafadal, I. 2007. Supervisi
Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme Guru. Kumpulan Materi Pendidikan
dan Pelatihan Kepala Sekolah Pendidikan Menengah. Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan Ditjen PMPTK.
Burhanuddin, Soetopo, H., Imron, A., Maisyaroh,
danUlfatin, N. 2007. SupervisiPendidikandanPengajaran:
Konsep, Pendekatan, danPenerapanPembinaanProfesional. Malang:
FakultasIlmuPendidikanUniversitasNegeri Malang.
Daryanto, R, T. 2015. SupervisiPembelajaran,
Inspeksimeliputi: Controling, Correcting, ludging, Demonstration. Yogyakarta:
Gava Media.
Gunawan, I. 2015. MengembangkanAlternatif-Alternatif pendekatan dalam Pelaksanaan supervisi Pengajaran. Jurnal Manajemen Pendidikan, 24(6), 467-482. Dari http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/01-Imam-Gunawan.pdf. Diakses 7 September 2019.
Imron, A. 2011.SupervisiPembelajaran
Tingkat SatuanPendidikan. Jakarta: BumiAksara.
Maisyaroh. 2015. Supervisi Pengajaran: Pendekatan & Program
Pelaksanaannya. Jurnal Administrasi Pendidikan. Dari http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/67-MAISYAROH-SUPERVISI-PENGAJARAN.pdf. Diakses 14 September 2019.
Muslim, S.B. 2013. SupervisiPendidikanMeningkatkanKualitasProfesionalismeGuru.
Bandung: Alfabeta.
Purwanto, M. N. 2006. AdministrasidanSupervisiPendidikan.
Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Zulbakti. 2015.
PenerapanSupervisiKlinisUntukMeningkatkanMutu Proses Pembelajaran SDN 06 Koto
GadangGuguukKecamatanGunungTalangKabupatenSolok. JurnalIlmiahIlmuPendidikan, 15(2),
27-30.Dari http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/5826.Diakses 7 September 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar