Senin, 25 November 2019

SUPERVISI PENGAJARAN DENGAN PENDEKATAN KLINIS


SUPERVISI PENGAJARAN DENGAN PENDEKATAN KLINIS

Dehfi Yuhwaningsih
Desi Retno Nugraheni
Eka Asri Pratiwi
Rosa Melani
Wulan Roudhotul Nasikhah

Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Kota Malang 65147
 e-mail : zensamramry@gamail.com

Abstract: Teaching supervision with a clinical
as a form of supervision that is focused on improving teaching and teachers are expected to have the ability and can improve the quality of learning processes and outcomes. The study to find out know the implementation of clinical supervision in improving teacher teaching. The method used in this study a qualitative method with data collection techniques that are literature study or literature study. The results obtained in writing are expected to be able to find out the understanding of clinical supervision, goals, characteristics, principles of clinical supervision, and the stages of clinical supervision.

Key Word: teaching supervision, clinical supervision, supervision

Abstrak: Supervisi pengajaran dengan pendekatan klinis sebagai bentuk
supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dan diharapkan guru memiliki kemampuan serta dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas. Tujuan penelitian ini agar dapat mengetahui pelaksanaan supervisi klinis dalam peningkatan pengajaran guru. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang bersifat study pustaka atau studi literatur. Hasil yang didapatkan dalam penulisan diharapkan dapat mengetahui pengertian supervisi klinis, tujuan, ciri-ciri, prinsip-prinsip pelaksanaan supervisi klinis, serta tahapan pelaksanaan supervisi klinis.

Kata Kunci: supervisi pengajaran, supervisi klinis, supervisi

Kualitas pembelajaran di sekolah sangat bergantung pada kualitas tenaga pendidik atau guru. Oleh karena itu kualitas guru harus dibangun agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Agar guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka diperlukan pengawas atau supervisor yang dapat mengarahkan dan membantu guru dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurut Maisyaroh (2015: 2) menyatakan bahwa hakekat supervisi pengajaran bukan menilai performansi guru dalam mengelola proses belajar mengajar, tetapi membantu guru mengembangkan kemampuannya.
Bafadal (2007) menyimpulkan ada tiga konsep pokok dalam pengertian supervisi pengajaran. Pertama, supervisi pengajaran harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Kedua, perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Ketiga, tujuan akhir supervisi pengajaran adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. Karena dalam prakteknya guru perlu memantapkan kemampuannya, serta tidak jarang juga guru melakukan kesalahan dalam mengajar, oleh karena itu guru memerlukan layanan supervisi pengajaran.
Menurut Suhardan dalam Salma, dkk (2018:19) menyatakan bahwa, subtansi kegiatan pengawasan profesional di sekolah berbentuk membina sekolah dan gurunya, dalam bahasa akademik di sebut supervisi. Layanan supervisi pengajaran bagi guru salah satunya adalah supervisi pengajaran klinis. Supervisi klinis merupakan bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.

METODE
          Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu dengan menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang bersifat studi pustaka atau studi literatur. Studi literature adalah cara yang digunakan untuk menghimpun data dalam menyelesaikan suatu masalah melalui sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya, yang mana sumber-sumber tersebut dapat berupa buku, jurnal, maupun hasil studi kasus penelitian yang terdapat di internet dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dari data yang diperoleh melalui sumber-sumber tersebut dikelola dan dianalisi sehingga menghasilkan suatu jabaran teori terhadap pokok bahasan yakni mengenai Supervisi Pengajaran dengan Pendekatan Klinis.

PEMBAHASAN

Definisi Supervisi Klinis
          Supervisi klinis merupakan pembinaan profesional yang dilakukan secara sistematis kepada guru sesuai kebutuhan guru yang bersangkutan dengan tujuan untuk membina keterampilan mengajarnya. Pembinaan itu dilakukan dengan cara yang memungkinkan guru menemukan sendiri cara-cara untuk memperbaiki kekurangannya sendiri.
          Menurut Muslim (2013:100) “Supervisi klinis dapat dipandang sebagai konsep dan bisa pula dipandang sebagai proses kegiatan. Supervisi klinis dapat dipergunakan sebagai pendekatan pemecahan masalah untuk supervisi pengajaran.”
Menurut Gunawan (2015:470) menyatakan bahwa supervisi klinis yaitu suatu kegiatan bimbingan kepada tenaga pendidik guna memenuhi kebutuhan tenaga pendidik tersebut dengan melalui proses tahapan yang sistematis dan berulang baik dalam perencanaan, pelaksanaan dengan pengamatan yang cermat, dan pengkajian yang dilakukan sesegera mungkin dan obyektif mengenai bagaimana peforma pengajaran yang nyata. Sehingga dapat berguna dalam peningkatan skill mengajar serta sikap profesional tenaga pendidik tersebut.
Dari beberapa penjelasan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa supervisi klinis merupakan bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis adalah proses membantu dosen memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Dengan supervisi diharapkan guru memiliki kemampuan dan dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas.

Sasaran Supervisi Klinis
          Supervisi dalam pelaksanaannya baik menggunakan pendekatan ilmiah, artistik, maupun klinis memiliki sasaran objek yang sama, yaitu tenaga pendidik (guru). Secara khusus sasaran pelaksanaan supervisi adalah peningkatan kompetensi atau kemampuan tenaga pendidik dalam pembelajaran. Baik dilihat dari kompetensi atau kemampuan pedagogi, profesional, kepribadian, maupun kompeten sosial, yang mana hal tersebut akan sangat memengaruhi kegiatan pembelajaran dan hubungan tenaga pendidik dengan peserta didik maupun dengan sesama tenaga pendidik agar dapat menciptakan lingkungan akademik yang kondusif sesuai dengan tujuan akademik. Menurut (Sujak, 2011:37) menyatakan bahwa “sasaran dari pelaksanaan supervisi klinis adalah guru yang kurang mampu dalam mengelola pengajaran secara professional ataupun guru yang ingin meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengajarnya menuju guru yang professional. Dari pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa secara lebih spesifik sasaran pelaksanaan supervisi klinis adalah tenaga pendidik (guru) yang kemampuannya masih kurang (dibawah standar ketentuan) dan tenaga pendidik (guru) yang memiliki motivasi tinggi dalam meningkatkan kemampuannya menjadi tenaga pendidik profesional. Jadi dalam hal ini, supervisi klinis dilakukan tidak hanya kepada semua tenaga pendidik (guru). Namun hanya guru tertentu yang benar-benar membutuhkan bantuan dan bimbingan agar menjadi tenaga kerja profesional di bidang akademik. 

Tujuan Supervisi Klinis
Dalam melaksanakan kegiatan pengawasan pasti memiliki maksud untuk memberikan perbaikan dan meningkatkan kompetensi juga keterampilan seorang guru dalam pembelajaran di kelas. Pada supervisi klinis ini terdapat beberapa tujuan dalam pelaksanaannya seperti yang dikemukakan oleh Zulbakti (2015:28) secara umum supervisi klinis bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar guru di kelas. Hubungan ini supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan kemampuan professional guru, secara khusus supervisi klinis bertujuan menyediakan suatu balikan yang objektif dalam kegiatan mengajar yang dilakuakan guru dengan berfokus terhadap: 1) kesadaran dan kepercayaan diri dalam mengajar, 2) keterampilan-keterampilan dasar mengajar yang diperlukan, 3) mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran, 4) guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi pembelajaran, 5) membantu guru mengembangkan diri secara terus menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri.
Tujuan supervisi klinis yaitu kegiatan dalam rangka untuk melaksanakan pembinaan perkembangan pengajaran guru secara optimal, sehingga diharapkan mampu mengembangkan keterampilan dalam strategi pengajaran di kelas dan menyempurnakan segala hal yang masih dirasa kurang dalam pembelajaran oleh guru. Yang mana guru dapat memperbaiki penampilan mengajar yang lebih tepat dan profesional.

Ciri-Ciri Supervisi Klinis
Kegiatan supervisi klinis memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan model-model supervisi yang lain. Menurut La Sulo dalam Purwanto (2006:91-92) mengemukakan ciri-ciri supervisi klinis ditinjau dari segi pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1.      Bimbingan supervisor kepada guru/calon guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi;
2.      Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon guru yang akan disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama antara guru dan supervisor;
3.      Meskipun guru atau calon guru mempergunakan berbagai keterampilan mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada beberapa keterampilan tertentu saja;
4.      Instrumen supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara supervisor dan guru berdasarkan kontrak;
5.      Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif (sesuai dengan data yang direkam oleh instrumen observasi);
6.      Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterprestasi data yang direkam oleh instrumen observasi, didalam diskusi atau pertemuan balikan guru/calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis penampilannya;
7.      Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan dari pada memerintah atau mengarahkan;
8.      Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka;
9.      Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi, dan diskusi/pertemuan balikan;
10.  Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan dan perbaikan keterampilan mengajar; dipihak lain dipakai dalam konteks pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan (preservice & inservice education).

Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Supervisi Klinis
Permasalahan yang ada dalam supervisi beraneka ragam dengan faktor-faktor yang ada pun juga berbeda. Seorang supervisor harus memiliki suatu dasar atau pedoman tetentu yang biasa disebut dengan istilah prinsip-prinsip dalam melaksanakan supervisi. Menurut Burhanuddin, dkk (2007: 34-35) menyatakan bahwa terdapat beberaa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan supervise klinis, diantaranya yaitu:
a.        Hubungan guru dengan supervisor lebih bersifat interaktif dari pada direktif. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan kolegial yang sederajat antara guru dan supervisor;
b.      Penentuan tindakan dilakukan secara demokratik. Keterbukaan kedua belah pihak (guru dan supervisor) sangat ditekankan. Keduanya berhak mengemukakan pendapat yang akhirnya dicari kesepakatannya.
c.       Terpusat pada guru. Prinsip ini menekankan prakarsa dan tanggungjawab guru, terutama dalam pengambilan keputusan tentang fokus kegiatannya;
d.      Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru serta tetap dalam ruang lingkup penampilan guru dalam mengajar dikelas. Dengan demikian memanfaatkan supervisi klinis dapat benar-benar dirasakan oleh guru;
e.       Pemberian balikan didasarkan pada rekaman data yang cermat sesuai dengan kontrak serta dilakukan segera setelah observasi kelas;
f.       Supervisi bersifat bantuan, bukan instruksi dengan tujuan meningkatkan kemampuan mengajar dan pembentukan sikap profesional;
g.      Pusat perhatian dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kontrak yang telah dibuat bersama.
Seorang supervisor harus mampu memberikan rasa aman terhadap anggota-anggota suatu kelompok. Dalam melaksanakan kegiatan supervisi harus dilakukan sesuai kebutuhan guru, agar yang menjadi masalah guru dapat dilakukan perbaikan. Dengan begitu, jika supervisor melaksanakan supervisi sesuai pedoman dapat mengarahkan secara tepat, sehingga tidak terjadi tumpang tindih yang terkesan mencari-cari kesalahan saat guru sedang mengajar.

Tahapan Pelaksanaan Supervisi Klinis
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut. Jika dalam pendekatan ilmiah dan artistika sama-sama bersikukuh pada kutub ekstremnya masing-masing, maka pendekatan klinik dalam supervisi pembelajaran merupakan konvergensi diantara keduanya. Dalam pendekatan klinik ini, supervisi pembelajaran dilakukan secara kolegial oleh supervisor dengan guru. Melalui hubungan kolegial atau kesejawatan tersebut, kemampuan mengajar guru dapat ditingkatkan.
Asumsi yang mendasari supervisi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan klinik adalah bahwa pembelajaran merupakan aktivitas yang kompleks. Maka komponen-komponen pembelajaran dapat diisolasi sehingga menjadi pembelajaran yang terisolasi. Oleh karena itu dalam mengamati pembelajaran haruslah hati-hati. Dari hasil amatan atas pembelajaran inilah, supervisor akan mengetahui langkah langkah apa yang harus diambil oleh supervisor dalam rangka meningkatkan kemampuan mengajar guru.
Asumsi pendekatan klinik yang lain adalah bahwa para guru dalam mengajar, berdasarkan atas hasil-hasil riset, lebih suka dikembangkan kemampuannya melalui supervisi yang bersifat kolegial dibandingkan jenis supervisi yang lain, apalagi dengan cara otoritarian. Pendekatan supervisi yang lebih banyak muatan kolegialitasnya adalah pendekatan klinik.
Dengan begitu supervisi  pengajaran tidak terlepas dari prosedur dan tahapan dalam pelaksanaannya. Dalam kegiatan supervisi klinis, dilaksanakan dengan tahapan yang sistematis. Menurut Imron (2011: 60-65) ada 3 episode supervise pembelajaran dengan menggunakan pendekatan klinik. Pertama, episode pertemuan awal (pre conference). Kedua, episode observasi mengajar. Ketiga, episode pertemuan balikan.
1)      Episode pertemuan awal
Pada tahap ini seorang supervisor dan guru sama-sama bertemu dengan suasana yang akrab dan saling terbuka. Dimana suasana ini dibangun agar guru dapat terbuka dengan hal yang berkaitan dengan proses pembelajarannya. Dengan begitu seorang supervisor juga harus membangun hubungan kolegial dengan cara pembentukan report. Dengan melakukan pembentukan report maka guru akan terhindar dari perasaan takut terhadap supervisor. Sebab guru yakin, bahwa seorang supervisor yang di depannya tidak akan memarahi atau mecari kesalahan-kesalahan dirinya, melainkan hanya ingin membantu dia dalam proses peningkatan kemampuan mengajarnya. Untuk target akhir dari episode pertemuan awal ini, guru dan supervisor mempunyai kesepakatan (kontrak) mengenai hal-hal yang menjadi pusat perhatian amatan dan perbaikan.
Menurut Imron (2011: 61-62) ada beberapa aktivitas dalam episode pertemuan awal adalah sebagai berikut:
a)      Supervisor membentuk report kepada guru, sehingga terdapat suasana kolegialitas antara supervisor dengan guru. Dengan adanya hal ini maka supervisor dan guru bisa saling terbuka mengenai apa saja yang berhubungan dengan proses mengajar.
b)      Supervisor bersama-sama dengan guru membicarakan rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru. Rencana pembelajaran ini bermacam-macam wujudnya, sesuai dengan kesepakatan yang dibangun oleh supervisor bersama dengan guru. Ada yang menggunakan MSP (Model Satuan Pembelajaran) ala Kemp, ala PPSI, dan lain sebagainya. Yang jelas, dalam proses rencana pembelajaran yang tercantum tujuan pembelajaran baik umum maupun khusus, materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan guru serta instrument evaluasi yang akan dipergunakan untuk mengukur keberhasilan mengajar. Masing-masing komponen rencana pembelajaran tersebut dibicarakan satu persatu oleh supervisor dengan guru, dengan maksud untuk dilihat bersama-sama dan diadakan perbaikan jika ternyata ada yang kurang;
c)      Supervisor bersama-sama dengan guru mengenali jenis-jenis ketrampilan mengajar. Pengenalan atas ketram pilan mengajar ini dimaksudkan agar guru dapat memilih jenis ketrampilan tertentu yang ingin dilatihkan. Dari ketrampilan mengajar yang dipilih tersebut, supervisor bersama-sama dengan guru menyepakati ketrampilan yang dilatihkan dengan target tertentu.
d)     Supervisor bersama dengan guru mengembangkan instrument yang akan dipakai sebagai panduan untuk mengobservasi ketrampilan mengajar guru. Dari hasil pengembangan instrumen tersebut, supervisor bersama dengan guru menyepakati tentang penggunaan instrument tersebut sekaligus jenis ketrampilan yang menjadi aksentuasi atau perhatian padasaat observasi.
Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa pada tahap pertemuan awal ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana tentang materi observasi yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini dibicarakan dan ditentukan pula jenis data mengajar yang akan diobservasi dan dicatat selama pelajaran berlangsung. Pada tahap ini suatu komunikasi yang efektif dan terbuka diperlukan agar supervisor dan guru sebagai mitra tercipta suasana kerja sama yang harmonis. Setelah itu hasil akhir yang dicapai pada pertemuan awal ini adalah kesepakatan (contract) kerja antara supervisor dengan guru.
Dalam hal ini para ahli menyarankan agar pertemuan awal ini dilaksanakan secara rileks dan terbuka. Perlu sekali diciptakan kepercayaan guru terhadap supervisor, sebab kepercayaan guru akan mempengaruhi keefektifan pelaksanaan pertemuan awal ini.
2)      Episode Observasi Kelas
Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai pedoman dan prosedur yang telah disepakati pada saat pertemuan awal. Selanjutnya supervisor melakukan observasi berdasarkan instrument yang telah dibuat dan disepakati dengan guru. Menurut Imron (2011: 63) ada beberapa aktivitas-aktivitas dalam episode observasi kelas meliputi hal-hal sebagai berikut:
a)      Memasuki ruangan kelas yang akan diajar oleh guru bersama-sama dengan guru;
b)      Guru memberikan penjelasan kepada para siswa tentang maksud kedatangan supervisor ke ruang kelas;
c)      Guru mempersilahkan kepada supervisor menempati tempat yang telah disediakan;
d)     Supervisor mengobservasi penampilan mengajar guru dengan mempergunakan format observasi yang telah disepakati;
e)      Setelah proses belajar mengajar selesai, guru bersama-sama dengan supervisor meninggalkan ruangan kelas dan berpindah ke ruangan khusus untuk melaksanakan aktivitas supervisi.
3)      Episode Pertemuan Balikan
Tahap akhir dari siklus supervisi klinis adalah analisis pasca pertemuan (post observation). Supervisor mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi selama observasi dan seluruh siklus proses supervisi dengan tujuan untuk meningkatkan performansi guru. Pertemuan akhir merupakan diskusi umpan balik antara supervisor dan guru. Suasana pertemuan sama dengan suasana pertemuan awal yaitu suasana akrab penuh persahabatan, bebas dari prasangka, dan tidak bersifat mengadili. Supervisor memaparkan data secara objektif sehingga guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung. Yang menjadi dasar dari balikan terhadap guru adalah kesepakatan tentang item-item observasi yang telah dibuat, sehingga guru menyadari tingkat prestasi yang dicapai.
Menurut Imron (2011: 64) ada beberapa aktivitas pada episode pertemuan balikan ini meliputi:
a)      Supervisor memberikan penguatan kepada guru yang baru saja mengajar. Supervisor juga dapat menanyakan kepada guru tentang perasaan yang ia miliki pada saat mengajar. Suasana akrab demikian harus dibangun, agar guru tidak merasa akan diadili;
b)      Supervisor bersama-sama dengan guru membicarakan kembali kontrak yang pernah dilakukan, mulai dari tujuan pembelajaran, materi pembelajaran yang disajikan dalam pembelajaran metode dan media yang dipergunakan serta pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
c)      Supervisor menunjukkan hasil observasi yang ia lakukan berdasarkan format atau instrumen observasi yang pernah disepakati. Hasil observasi yang disampaikan oleh supervisor ini berupa data mentah dan data yang telah diinterpretaskan. Selanjutnya, guru diminta memberikan tanggapan atas hasil observasi yang telah disampaikan oleh supervisor.
d)     Supervisor menanyakan kepada guru, bagaimana perasaannya dengan hasil observasi tersebut.
e)      Supervisor bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil pencapaian latihan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan atas kesimpulan tersebut, supervisor membuat simpulan. Akhirnya supervisor bersama-sama dengan guru membuat rencana latihan berikutnya.

KESIMPULAN
          Supervisi klinis merupakan bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Dalam pembinaan supervisi klinis diharapkan mampu mengembangkan keterampilan dalam strategi pengajaran di kelas dan menyempurnakan segala hal yang masih dirasa kurang dalam pembelajaran oleh guru. Tujuan supervisi klinis untuk melaksanakan pembinaan perkembangan pengajaran guru secara optimal, sehingga diharapkan mampu mengembangkan keterampilan dalam strategi pengajaran di kelas dan menyempurnakan segala hal yang masih dirasa kurang dalam pembelajaran oleh guru.
Supervisi klinis juga mempunyai berbagai ciri-ciri yang dapat ditinjau dari segi pelaksanaannya telah dijelaskan dalam materi. Selanjutnya adalah perlunya mengetahui prinsip-prinsip dalam pelaksanaan supervisi klinis dan diharapkan supervisor melaksanakan supervisi sesuai pedoman dapat mengarahkan secara tepat. Tahapan pelaksanaan supervisi dalam pendekatan klinis ini, supervisi pembelajaran dilakukan secara kolegial oleh supervisor dengan guru. Melalui hubungan kolegial atau kesejawatan tersebut, kemampuan mengajar guru dapat ditingkatkan. Supervisi klinis dilaksanakan dengan 3  tahapan. Pertama, episode pertemuan awal (pre conference). Kedua, episode observasi mengajar. Ketiga, episode pertemuan balikan.

DAFTAR RUJUKAN
Bafadal, I. 2007. Supervisi Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme Guru. Kumpulan Materi Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah Pendidikan Menengah. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK.
Burhanuddin, Soetopo, H., Imron, A., Maisyaroh, danUlfatin, N. 2007. SupervisiPendidikandanPengajaran: Konsep, Pendekatan, danPenerapanPembinaanProfesional. Malang: FakultasIlmuPendidikanUniversitasNegeri Malang.
Daryanto, R, T. 2015. SupervisiPembelajaran, Inspeksimeliputi: Controling, Correcting, ludging, Demonstration. Yogyakarta: Gava Media.
Gunawan, I. 2015. MengembangkanAlternatif-Alternatif pendekatan dalam Pelaksanaan supervisi Pengajaran. Jurnal Manajemen Pendidikan, 24(6), 467-482. Dari http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/01-Imam-Gunawan.pdf. Diakses 7 September 2019.
Imron, A. 2011.SupervisiPembelajaran Tingkat SatuanPendidikan. Jakarta: BumiAksara.
Maisyaroh. 2015. Supervisi Pengajaran: Pendekatan & Program Pelaksanaannya. Jurnal Administrasi Pendidikan. Dari http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/67-MAISYAROH-SUPERVISI-PENGAJARAN.pdf. Diakses 14 September 2019.
Muslim, S.B. 2013. SupervisiPendidikanMeningkatkanKualitasProfesionalismeGuru. Bandung: Alfabeta.
Purwanto, M. N. 2006. AdministrasidanSupervisiPendidikan. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Zulbakti. 2015. PenerapanSupervisiKlinisUntukMeningkatkanMutu Proses Pembelajaran SDN 06 Koto GadangGuguukKecamatanGunungTalangKabupatenSolok. JurnalIlmiahIlmuPendidikan, 15(2), 27-30.Dari http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/5826.Diakses 7 September 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar