Rabu, 11 September 2019

LAPORAN OBSERVASI PERENCANAAN PENDIDIKAN DI SDN TANJUNGREJO 01 MALANG

LAPORAN OBSERVASI
PERENCANAAN PENDIDIKAN DI SDN TANJUNGREJO 01 MALANG
MATA KULIAH PERENCANAAN PENDIDIKAN
Semester Genap-Tahun 2017/2018



Oleh:
1.      Balqis Fitria Rahma
2.      Idqa Nanda Ayu
3.      Okky Irwina Safitri
4.      Viana Rahmawati
5.      Wulan Roudhotul Nasikhah








UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

MEI 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Perencanaan Pendidikan ini tepat pada waktunya. Makalah ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi–tinggi nya kepada :
1.      Bapak Burhanuddin selaku dosen pembimbing matakuliah perencanaan pendidikan, yang telah banyak memberikan pengetahuan.
2.      Orang tua yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan baik secara moral maupun spiritual.
3.      Teman–teman yang telah berbagi pengetahuan agar makalah dapat terselesaikan.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umum nya. Sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulis makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif dan membangun.



Malang, 6 Februari 2018


Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.........................................................................................1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................1
C.     Tujuan Pembahasan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Perencanaan sebagai suatu sistem………………………………….................3
B.     Pengertian sistem…………………………………………………..................3
C.     Pendekatan Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem………………….................4
D.    Tahapan Pemecahan Masalah Dengan Pendekatan Sistem...............................6
E.     Faktor Manusia yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah.............................8
F.      Pendekatan Sistem Dalam Pemecahan Masalah dan Membuat Keputusan (Sistem Informasi Manajemen)....................................................................................................8
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan                                                                                         10
DAFTAR RUJUKAN                                                                                    11












ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masalah sering kali muncul dalam kehidupan manusia. Setiap permasalahan tidak akan berhenti sendiri tanpa disertai solusi untuk menyelesaikannya.masalah sering kali terjadi pada komunitas-komunitas baik komunitas kecil maupun komunitas besar.Permasalahan yang kompleks sering terjadi pada lembaga-lembaga pendidikan yang pada akhirnya secara tidak langsung menuntut seorang manajer untuk membuat sebuah keputusan.
Dalam mempersiapkan pemecahan masalah, manajer memandang lembaga pendidikan sebagai suatu sistem dengan memahami lingkungan pendidikan dan mengidentifikasi subsistem-subsistem dalam pendidikan. Dalam mendefenisikan masalah, manajer bergerak dari tingkat sistem ke subsistem dan menganalisis bagian-bagian sistem menurut suatu urutan tertentu.
Dalam memecahkan masalah manajer mengidentifikasi berbagai solusi alternative, mengevaluasinya, memilih yang terbaik,menerapkannya, dan membuat tindak lanjut untuk memastikan bahwa solusi itu berjalan sebagaimana mestinya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan perencanaan sebagai suatu sistem ?
2.      Apa pengertian dari sistem ?
3.      Apa yang maksud dengan pendekatan pembelajaran sebagai suatu sistem ?
4.      Bagaimana Tahapan Pemecahan Masalah Dengan Pendekatan Sistem?
5.      Apa saja faktor manusia yang mempengaruhi pemecahan masalah ?
6.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan sistem dalam pemecahan masalah dan membuat keputusan (sistem informasi manajemen)  ?

1
2
C.     Tujuan
1.      Untuk menjabarkan pengertian suatu sistem.
2.      Untuk mengetahui tahapan pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.
3.      Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah.
4.      Untuk mengetahui pendekatan sistem dalam pemecahan masalah dan membuat keputusan.























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perencanaan Sebagai Suatu Sistem
Menurut Mangunwijaya (2008), perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran mulai proses yang sistematik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan. Hal ini juga berkaitan dengan kurikulum yang merupakan suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi ilmu pengetahuan antar generasi dalam suatu masyarakat.
Menurut Hamalik (2002), pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan).

B.     Pengertian Sistem
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Pendekatan sistem adalah serangkaian tahapan-tahapan pemecahan masalah yang setiap langka di pahami dan menghasilkan sebuah solusi alternatif  di pertimbangkan dan solusi yang dipilihdapat di terapkan.
Di dalam sebuah perusahaan manajer  berperan penting dalam pengambilan keputusan yang efektif dan efisien. Sistem konseptual adalah suatu sistem pemecahan masalah yang terdiri dari manajer,informasi, dan standart. Dua elemen yang lain masuk dalam proses perubahan masalah menjadi solusi (solusi alternatif dan kendala).


3

4
C.     Pendekatan pembelajaran sebagai suatu sistem
Menurut Roestisyah (2004), pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam psikologi belajar sistematik, yang dilandasi dengan prinsip-prinsip psikologi behavioristik dan humanistis.
1.      Ciri-ciri pendekatan sistem pembelajaran, yaitu ada dua ciri utama, yakni :
a.       Pendekatan sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran dimana berlangsung kegiatan belajar mengajar, terjadinya interaksi antara siswa dan guru, dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif
b.      Penggunaan metodologi untuk merancang sistem pembelajaran yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penilaian keseluruhan proses pembelajaran yang tertuju pada konsep pencapaian tujuan pembelajaran. Pola pendekatan sistem pembelajaran.
2.      Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pembelajaran
MenurutNasution (2008).Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.
a.       Faktor Guru
          Menurut Mangunwijaya (2008), guru merupakan tokoh utama dalam kelasnya. Ia akan menentang perubahan yang akan mengurangi kedudukannya. Metode yang meniadakan peranan guru dan terutama didasarkan atas bahan yang telah tersusun, juga perubahan yang meminta pengorbanan, tenaga, waktu,dan pikiran akan menemui pertentangan. Ia Hendaknya diakui sebagai manusia.

5
b.      Faktor Siswa
          Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pem­belajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, di samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
          Sikap dan penampilan siswa di dalam kelas, juga merupakan aspek lain yang dapat memengaruhi proses pembelajaran. Adakalanya ditemu­kan siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan ada pula siswa yang pen­diam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar. Semua itu Akan memengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas. Sebab, bagaimanapun faktor siswa dan guru merupakan faktor yang sangat menentukan dalam interaksi pembelajaran.
c.       Faktor Sarana dan Prasarana
          Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung ter­hadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan pra­sarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya, jalan menuju sekolah, pene­rangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana Akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembe­lajaran; dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.


6
d.      Faktor Lingkungan
          Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat memenga­ruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang dapat memengaruhi proses pembelajaran.

D.    Tahapan pemecahan masalah dengan menggunakan  pendekatan system
Masalah adalah suatu kondisi yang memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian luar biasa atau menghasilkan keuntungan luar bisa.Jadi pemecahan masalah berarti tindakan memberi respon terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang keuntungannya. Pentingnya pemecahan masalah bukan didasarkan pada jumlah waktu yang dihabiskan tetapi pada konsekuensinya.
Keputusan adalah pemilihan suatu strategi atau tindakan.Pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi atau aksi yang manajer yakini akan memberikan solusi terbaik atas masalah tersebut.
Salah satu kunci pemecahan masalah adalah identifikasi berbagai alternatif keputusan.Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, sistem informasi dapat digunakan untuk mengevaluasi tiap alternatif.
Evaluasi ini harus mempertimbangkan berbagai kendala.Kendala intern dapat berupa SDM yg terbatas, seperti kurangnya bahan baku, modal kerja, SDM yg kurang memenuhi syarat, dll.Kendala lingkungan dapat berupa tekanan dari berbagai elemen lingkungan, seperti pemerintah atau pesaing untuk bertindak menurut cara tertentu.
Proses pemecahan masalah dapat dilakukan dengan empat tahapan utama yaitu :
1.      Memahami dan mendefinisikan masalah

7
Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting karena menjadi awal dari seluruh proses pemecahan masalah. Tujuan
pada bagian ini adalah memahami masalah dengan baik dan menghilangkan bagian-bagian yang dirasa kurang penting.Pada bagian ini ada dua kegiatan penting yaitu :
2.      Mencari berbagai cara penyelesaian yang mungkin diterapkan
3.      Membuat rencana pemecahan masalah
Penyelesaian suatu masalah biasanya tidak hanya satu tapi mungkin bisa beberapa macam. Sebagai ilustrasi, apabila kita berada di kota Surabaya dan ingin pergi ke Jakarta, maka banyak cara yang mungkin bisa dilakukan, misalnya kita bisa menempuh dengan angkutan darat, laut atau udara. Dengan angkutan darat kita bisa menggunakan kereta api, bus atau angkutan yang lain. Jalurnya pun kita bisa lewat jalur utara, tengah atau selatan. Jadi banyak sekali cara penyelesaian yang bisa kita kembangkan.
Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Dari sekian banyak penyelesaian ini kita harus memilih satu yang berdasarkan persyaratan tertentu merupakan cara yang paling baik untuk menyelesaikan permasalahan. Setelah terpilih, maka kita dapat membuat rencana kasar (outline) penyelesaian masalah dan membagi masalah dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Rencana kasar (outline) penyelesaian masalah hanya berisi tahapan-tahapan utama penyelesaian masalah.
4.      Merancang dan menerapkan rencana untuk memperoleh cara penyelesaian.
Pada bagian ini rencana kasar penyelesaian masalah diperbaiki dan diperjelas dengan pembagian dan urutan rinci yang harus ditempuh dalam penyelesaian masalah.Memeriksa dan menyampaikan hasil dari pemecahan masalah. Bagian ini
8
bertujuan untuk memeriksa apakah akurasi (ketepatan) hasil dari cara yang dipilih telah memenuhi tujuan yang diinginkan.
Selain itu juga untuk melihat bagaimana daya guna dari cara yang dipilih yang dipilih.

E.       Faktor Manusia Yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah
Terdapat 3 kategori manajer dalam merasakan suatu masalah-masalah :
1.      Penghindar masalah (Problem Avoider), manajer mengambil sikap positif dan menganggap semua baik-baik saja.Ia berusaha menghalangi kemungkinan masalah dengan mengabaikan informasi.
2.      Mengumpulkan informasi/pencari masalah (Problem Seeker) : Gaya teratur, mengikuti gaya management by exception dan menyaring segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan area minatnya.Gaya menerima, manajer jenis ini ingin melihat semuanya, kemudian menentukan apakah informasi tersebut bernilai baginya/orang lain dalam organisasi.
3.      Menggunakan informasi untuk memecahkan masalah/pemecah masalah( Problem solver).Gaya sistematik, manajer memberi perhatian khusus untuk mengikuti suatu metode yang telah ditetapkan. Contoh  : pendekatan sistem.Gaya intuitif, manajer tidak menyukai suatu metode tertentu tetapi menyesuaikan pendekatan dengan situasi.

F.             Pendekatan sistem dalam pemecahan masalah dan membuat keputusan (sistem informasi manajemen).
1.      Pentingnya pemecahan masalah bukan didasarkan pada jumlah waktu yang dihabiskan tetapi pada konsekuensinya.
2.      Pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi/ aksi yang diyakini manajer akan memberikan solusi terbaik atas masalah
9
tersebut. Salah satunya kunci pemecahan masalah adalah mengidentifikasikan berbagai alternatif keputusan.
3.      Pendekatan system.
Proses pemecahan masalah secara sistematis bermulai dari John dewey, seorang profesor filosofi dari colombia university. Ia mengidenfikasikan tiga seri penelitian yang terlibat dalam memecahkan suatu kontroversi secara memadai.
a.       Mengenali kontroversi
b.      Menimbang klaim alternative
c.       Membentuk penilaian
Serangkaian langkah pemecahan masalah yang memastikan bahwa masalah itu pertama-tama dipahami ,solusi alternatif dipertimbangkan, dan solusi yang dipilih bekerja. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1)      Usaha persiapan = mempersiapkan manajer untuk memecahkan masalah dengan menyediakan orientasi sistem.
2)      Usaha definisi = mencakup mengidentifikasi masalah untuk dipecahkan dan kemudian memahaminya.
3)      Usaha solusi = mencakup mengidentifikasi berbagai solusi alternatif, mengevaluasinya, memilih satu yang tampak terbaik, menerapkan solusi itu dan membuat menindaklanjuti untuk menyakinkan bahwa masalah itu terpecahkan.







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Masalah merupakan suatu hal yang tidak bisa kita hindari jika kita hidup di dunia ini. karna itu yang harus kita lakukan terhadap masalah adalah mencari solusi dari masalah-masalah yang ada dan mencegah agar masalah itu tidak terulang kembali. Pemecahan masalah berarti tindakan memberi respon terhadap masalah untukmenekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang keuntungannya.Pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi atau aksi yang manajeryakini akan memberikan solusi terbaik atas masalah tersebut.
Manajer  berperan penting dalam pengambilan keputusan yang efektif dan efisien.sistem konseptual adalah suatu sistem pemecahan masalah yang terdiri dari manajer,informs, dan standart. Dua elemen yang lain masuk dalam peroses perubahan masalah menjadi solusi (solusi alternatif dan kendala).Setiap manajer mempunyai gaya pemecahan masalah yang unik,gaya ini dapat mempengaruhi dalam merasakan masalah,mengumpulkan informasi,dan menggunakan informasi.
         






10
DAFTAR RUJUKAN
Burhanuddin, dkk. 2003. Manajemen pendidikan: Analisis Subtantif dan
Aplikasinya dalam institusi pendidikan. Malang: UM Press
Bryson, J. M . 2004. Strategic Planning for pub;ic and nonprofit organization: A
guide to strengthening and sustaining organizational achievement(3rd ed).
San Francisco: Jossey-Bass
Forum Mangunwijaya, Kurikulum Yang Mencerdaskan (Visi 2030 Dan
Pendidikan Alternatif). Jakarta: Kompas Media Nusantara,2008
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara, 2002
Roestisyah,N.K. Masalah Pengajaran sebagai suatu sistem. Jakarta: Rineka
Cipta, 2004
            [1][4] Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 2008














11

Kamis, 05 September 2019

FORMULASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA


FORMULASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Wulan Roudhotul Nasikhah

Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang 
Jl. Semarang No.5 Malang 65145

Abstrak: Formulasi kebijakan tidak terlepas dari adanya kebijakan pendidikan, karena keduanya saling berhubungan sangat erat. Dalam kebijakan pendidikan terdapat sebuah formulasi untuk merumuskan sebuah perencanaan pendidikan yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dunia pendidikan. Karena formulasi dan kebijakan pendidikan berperan penting, maka dalam prosesnya perlu diadakan proses implementasi dan evaluasi. Proses ini dilakukan setelah adanya penentuan kebijakan pendidikan.
Kata Kunci : formulasi, kebijakan, pendidikan
Abstract: Policy formulation is inseparable from the existence of education
policies, because these two things are very closely related. In education
policy there is a formulation to formulate an education plan that aims to solve
problems that exist in the world of education. Because education formulations
and policies play an important role, in the process there needs to be an
implementation and evaluation process. This process is carried out after the
determination of education policy.
Keyword : Formulation, Policy, Education

Kebijakan adalah suatu rangkaian konsep yang menjadi dasar untuk menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan. Sedangkan pengertian dari pendidikan sendiri adalah suatu bidang yang paling utama dan paling penting dalam suatu negara. Jadi kebijakan pendidikan bisa diartikan sebagai suatu rumusan dari berbagai cara atau kebijakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional guna memecahkan suatu masalah yang ada di dunia pendidikan.
Formulasi kebijakan adalah suatu kegiatan perumusan kebijakan yang disusun dalam suatu rancangan dan yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan untuk mengelola dan mencapai sasaran tujuan pendidikan yang diharapkan. Tahapan dari formulasi pendidikan adalah proses untuk memecahkan masalah pendidikan dan masalah tersebut diselesaikan secara bersama-sama guna mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Hasbullah (2016: 80) sebagai tahapan kedua, formulasi kebijakan tidak terlepas dari tahapan agenda setting. Secara dasar tahapan ini terjadi apabila pemerintah mengakui keberadaan masalah-masalah yang muncul dalam dunia pendidikan dan menyadari adanya kebutuhan dan tuntutan untuk melakukan sesuatu yang bisa menyelesaikan masalah. Karena ada perumusan kebijakan pendidikan, maka masalah kebijakan dan perancangan langkah-langkah beserta pemecahannya adalah yang menjadi persoalan awal. Merumuskan masalah kebijakan berarti meluruskan penjelasan mengenai masalah kebijakan yang baik dan benar.
Permasalahan tersebut dapat terjadi baik dalam proses pembuatannya ataupun dalam implementasinya. Jika dalam perumusan dan implementasinya tidak baik, maka peraturan tersebut tidak akan mensejahterakan masyarakat karena kebijakan itu bertujuan mensejahterakan masyarakat, oleh karena itu peraturan daerah dibuat dan dilaksanakan dengan baik. Peraturan yang baik dapat terwujud apabila mampu memenuhi unsur-unsur pembuatan peraturan yang baik (Darwis, 2015:2). Dalam hal ini peraturan yang digunakan harus sesuai dengan peraturan yang sudah dibuat dalam perumusan suatu kebijakan. Sehingga tidak ada lagi perbedaan-perbedaan yang muncul lagi baik dari pihak perumus maupun dari pihak peserta. Persoalan itu sering muncul karena banyaknya perbedaan pendapat. Maka dengan dibuatnya peraturan diharapkan dari pihak perumus maupun peserta bisa menepatinya.

METODE PENELITIAN
            Dalam artikel ini menggunakan metode literasi, dengan menggunakan berbagai sumber baik dari buku maupun jurnal. Penelitian ini menggunakan studi literasi, dimana studi literasi dilakukan untuk menemukan beberapa materi yanga akan dijadikan sebuah artikel. Dengan mencari beberapa referensi teori yang relevan bisa dijadikan sebagai sumber dalam penyusunan sebuah artikel.

PEMBAHASAN
Lingkungan kebijaksanaan pendidikan adalah segala sesuatu yang terjadi diluar kebijaksanaan namun memiliki efek samping atau dampak terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan. Menurut Imron (2012: 38) aktor-aktor perumusan kebijaksanaan dapat digolongkan menjadi : aktor utama perumusan kebijaksaan pendidikan dan aktor non utama. Aktor utama lazim disebut sebagai aktor resmi dan aktor struktural. Disebut sebagai aktor utama, karena dialah yang mempunyai kewenangan tanpa dapat digagalkan oleh aktor non utama dalam memutuskan dan menetapkan sebuah kebijaksanaan. Disebut sebagai aktor resmi, karena merekalah yang secara resmi mendapatkan legalitas untuk melaksanakan sebuah kebijaksanaan. Disebut sebagai aktor struktural, karena mereka secara umum menduduki jabatan pemerintah begitupun sebaliknya.
Menurut Supandi dalam Imron (2012:47) ada banyak jenis masalah kebijaksanaan. Pertama, disebut sebagai masalah prosedural, jika berhubungan dengan cara bagaimana pemerintah itu diatur dan menjalankan kegiatan dan pekerjaannya. Kedua, disebut sebagai masalah substansial, jika berkenaan dengan konsekuensi dari kegiatan manusia. Ketiga, disebut sebagai masalah distributif, jika masalah tersebut melibatkan sedikit anggota masyarakat dan dapat ditangani orang perorang. Keempat, disebut masalah regulatori jika msalah tersebut menimbulkan hambatan dan pembatasan terhadap tindakan manusia. Kelima, disebut masalah redistributif bila berkaitan dengan transfer sumber-sumber di antara kelompok-kelompok atau kelas masyarakat.
Jadi bisa disimpulkan bahwa masalah kebijaksanaan pendidikan itu meliputi, masalah prosedural, masalah substansial, masalah distributif, masalah regulatori, dan masalah redistributif. Masalah-masalah disini bisa menjadikan sebuah perbedaan pendapat antara anggota satu dengan anggota yang lainnya, dan bisa menimbulkan sebuah perdebatan. Untuk itu dalam mengatasi masalah-masalah diatas sebaiknya pihak perumusan kebijakan pendidikan lebih mempertimbangkan dan lebih mempertegas lagi.
Dalam formulasi kebijakan terdapat sebuah proses dimana beragam informasi mengenai suatu kebijakan publik akan dipaparkan, serta beragam analisa akan diungkapkan guna mendapat banyak alternatif kebijakan hingga dipilih satu alternatif yang paling cocok dan tepat. Proses ini seharusnya mampu diakses oleh beragam lapisan masyarakat agar masyarakat mampu mengetahui beragam informasi secara utuh demi melakukan kontrol hingga proses implementasinya, karena tanpa informasi dan pengetahuan, masyarakat tidak memiliki “alat” untuk melakukan kontrol secara efektif. Dalam konteks ini, masyarakat tidak lagi dipandang dan dinilai sebagai objek, melainkan bergeser menjadi subjek dalam formulasi kebijakan, yang mampu ikut mempengaruhi, berkontribusi secara langsung, mengumpulkan informasi secara utuh, menganalisa berbagai alternatif yang ditawarkan, berinteraksi dengan para pakar, hingga masyarakat memiliki pemahaman dan mampu mengontrol sebuah formulasi kebijakan.      
Menurut Imron (2012: 49) agar rumusan kebijaksanaan, termasuk kebijaksanaan pendidikan yang baik, haruslah memenuhi kriteria berikut: Pertama, rumusan kebijaksanaan, termasuk kebijaksanaan pendidikan tidak mendiktekan keputusan spesifik atau hanya menciptakan lingkungan tertentu. Kedua, rumusan kebijaksanaan, termasuk kebijaksanaan pendidikan, dapat dipergunakan menghadapi masalah atau situasi yang timbul secara berulang. Hal ini berarti bahwa waktu, biaya dan tenaga yang telah banyak dihabiskan, tidak sekedar dipergunakan memecahkan satu masalah atau satu situasi saja.
Jadi bisa disimpulkan bahwa kriteria dalam perumusan kebijaksanaan harus bisa memutuskan keputusan yang spesifik dan mampu menghadapi masalah yang timbul secara berulang-ulang. Dengan adanya kriteria ini diharapkan para pembuat keputusan kebijakan pendidikan mampu merumuskan suatu persoalan yang muncul di dunia pendidikan sehingga tidak ada persoalan-persoalan yang perlu diperdebatkan lagi.
Menurut Imron (2012: 50-51) prosedur yang dilakukan untuk merumuskan kebijakan termasuk kebijakan pendidikan adalah sebagai berikut: Pertama, perumusan masalah kebijakan pendidikan (educational policy problem). Pada tahapan ini perumusan masalah kebijakan bersifat sangat penting, karena pada keyakinannya formulasi kebijakan dominan dihabiskan dalam hal ini. Kekeliruan dalam merumuskan masalah berakibat pada langkah berikutnya dan bisa menjadikan kekeliruan dalam formulasi pendidikan. Oleh sebab itu, perumusan masalah kebijakan harus bersifat hati-hati, teliti, dan cermat. Baik data, informasi,maupun keterangan yang diperoleh dari peserta untuk mendapatkan masukan harus dapat diakomodasikan serepresentatif mungkin.
Kedua, penyusunan agenda kebijaksanaan. Dari masalah-masalah perumusan tersebut bisa dipilih mana masalah-masalah yang dijadikan sebagai prioritas dan bersifat krusial sampai masalah yang bersifat non krusial, sehingga bisa segera diagendakan. Pengurutan masalah tersebut sangat penting karena tidak semua masalah dapat diagendakan secara terstruktur. Dengan demikian, masalah-masalah yang sudah diagendakan dengan sendirinya haruslah masalah yang dapat diselesaikan. Karena dalam hal ini berkaitan dengan kebijakan yang berkonsekuensi logis bagi penyediaan sumber-sumber potensial baik yang bersifat manusiawi maupun non manusiawi.
     Ketiga, membuat proposal kebijakasanaan.  Dalam pembuatan proposal disini merupakan kegiatan yang mengarah pada pengembangan suatu tindakan yang arahnya bisa melakukan pemecahan suatu masalah dalam kebijakan pendidikan.Maksud dari proposal kebijakan adalah suatu rangkaian kegiatan yang menyusun dan mengembangkan banyak alternatif tindakan dalam rangka memecahkan masalah kebijaksanaan. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi: mengenali alternatif pemecahan masalah, mendefinisikan dan merumuskan alternatif pemecahan masalah, mengevaluasi masing-masing alternatif ditinjau dari sudut kemungkinan dapat diselesaikan atau tidaknya, dan memilih alternatif tercepat untuk memecahkan masalah.
Dalam upaya merumuskan sebuah kebijakan,termasuk kebijakan pendidikan, apa pun yang dipilih para pengambil keputusan, selalu akan menimbulkan adanya pro dan kontra. Apalagi bilamana kebijakan pendidikan dimaksud tidak secara partisipatoris melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam perumusannya. Misalnya saja tidak dilakukan uji publik terlebih dahulu sebelum suatu kebijakan pendidikan diimplementasikan. Adanya pertentangan tersebut dapat dimengerti, oleh karena setiap kebijakan pendidikan akan berdampak secara sosial maupun ekonomi terhadap masyarakat luas, baik positif maupun negatif. Jadi proposal kebijakan dibuat untuk merangkai sejumlah kegiatan-kegiatan penentuan kebijakan pendidikan dalam memutuskan sebuah pemecahan masalah. Pemecahan masalah disini harus dilakukan secara bersama-sama untuk menemukan sebuah titik penyelesaian, agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi.
Keempat, pengesahan rumusan kebijaksanaan. Dalam hal ini suatu rumusan kebijakan dianggap selesai setelah disetujui oleh peserta perumusan kebijaksanaan formal. Pengesahan ini bersifat penting, karena pada saat itulah dijadikan sebagai pedoman bagi pelaksana kebijaksanaan. Dan siapapun yang bermaksud untuk diikat oleh rumusan kebijaksanaan tersebut, bisa terikat karenanya.
Proses pengesahan suatu kebijakan bisanya diawali dengan keyakinan dan perundingan. Keyakinan disini dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk meyakinkan orang lain tentang suatu kebenaran atau  nilai kedudukan seseorang agar orang itu dapat mempercayainya dan menerimanya sebagai milik mereka sendiri. Sedangkan perundingan disini dapat diartikan sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih yang mempunyai kekuasaan untuk menentukan atau mengatur setidak-tidaknya sebagai tujuan yang awalnya tidak mereka sepakati dan akhirnya bisa diterima meskipun tidak terlalu ideal bagi mereka dengah cara merumuskan serangkaian tindakan. Baik keyakinan maupun perundingan, diantara keduanya saling melengkapi satu sama lain. Sehingga penerapan keduanya tersebut dapat memperlancar proses pengesahan kebijakan.
Menurut Hasbullah (2016:81) perumusan dan pengesahan kebijakan disini harus dilakukan secara bersama-sama, agar semua peserta dapat memahami isi dari rumusan kebijakan tersebut. Agar pengesahan tidak dipandang dari satu sudut pandang saja tetapi bisa di ambil dari beberapa sudut pandang seseorang.
Pengesahan atau legalitas disini dapat diartikan sebagai  suatu konstitusional alternatif-alternatif pemecahan masalah terpilih yang selama ini diupayakan. Pengesahan ini dilakukan untuk mengikat rumusan kebijakan-kebijakan yang ada di dalam pendidikan. Sekaligus sebagai suatu ikatan rumusan kebijakan agar secara jelas dapat menemui sasarannya. Oleh karena itu pengesahan disini bersifat penting, agar siapapun yang bermaksud diikat oleh rumusan kebijakan tersebut, akan secara jelas menemui sasarannya
Meskipun telah disahkan bukan berarti rumusan kebijakan tersebut terhindar dari masalah-masalah kebijakan pendidikan. Menurut Imron (2012:51) ketidakjelasan tersebut bersumber dari beberapa hal antara lain: Pembuatan kebijakan kurang menguasai pengetahuan, informasi, keterangan dan persoalan-persoalan baik yang bersifat konseptual maupun substansinya. Dalam hal ini perlu adanya koordinasi dan kurangnya ketegasan dari pihak pengesahan kebijakan pendidikan agar pembuatan kebijaksanaa bisa belajar lagi tentang apa itu kebijakan dan bisa menguasai apa yang ingin disampaikan dalam pembuatan kebijakan tersebut. Sehingga tidak muncul masalah-masalah lagi baik dari segi konseptual maupun substansi.
Sumber acuan para pembuat kebijakan, baik yang formal maupun yang tidak formal, berbeda-beda. Oleh karena berbeda-beda, maka kompromi atau jalan tengah sering diambil sebagai alternatif untuk mengakomodasinya. Kompromi-kompromi demikian lazim dilakukan, agar kebijakan lazim dilakukan, agar kebijaksanan dapat dirumuskan sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan. Hal ini dapat menjadikan rumusan-rumusan kebijakan tersebut mengembang. Tanpa adanya kompromi-kompromi, bisa menjadi penyebab formulasi kebijakan pendidikan tidak disetujui oleh peserta pembuat kebijakan pendidikan. Apabila tidak disetujui berarti tidak dapat dilakukan. Sehingga perlu adanya kompromi-kompromi untuk pembuatan keputusan kebijakan pendidikan sehingga bisa diterima oleh peserta.
Kurangnya informasi dan terlalu banyaknya informasi berakibat tidak jelasnya statemen kebijakan. Kurangnya informasi bisa menjadikan penyebab persoalan-persoalan dan alternatif-alternatif yang dipilih menjadi terlalu sederhana. Sementara terlalu banyaknya informasi, para perumus dihadapkan kesulitan ketika bermaksud mensintesiskan persoalan dan alternatif yang dipilih.
Masalah kebijakan ini dapat diketahui dari berbedanya masalah menurut persepsi orang satu dengan persepsi orang lain. Bahkan sesuatu yang dianggap oleh seseorang suatu masalah bisa jadi orang lain mengganggap hal tersebut sebagai suatu yang menguntungkan, sehingga terjadi perbedaan persepsi satu orang dengan orang yang lainnya..
Kebijakan yang telah dirumuskan, perlu dilakukan evaluasi agar hasil dari kebijakan yang telah dirumuskan tersebut sesuai dengan konsep awal kebijakan yang dibuat. Evaluasi formulasi kebijakan berkenaan dengan yaitu: (1) penggunaan pendekatan yang sesuai dengan masalah yang hendak diselesaikan; (2) mengikuti prosedur yang diterima secara bersama; dan (3) pendayagunaan sumberdaya yang optimal. Dengan evaluasi ini kemudian akan membuat kebijakan yang dijalankan nantinya menjadi sesuai antara jenis kebijakan yang telah dibuat dengan metode atau kegiatan yang akan dijalankan demi menyesuaikan kebijakan tersebut.

KESIMPULAN
Kebijakan pendidikan bisa diartikan sebagai suatu rumusan dari berbagai cara atau kebijakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional guna memecahkan suatu masalah yang ada di dunia pendidikan. Masalah kebijaksanaan pendidikan itu meliputi, masalah prosedural, masalah substansial, masalah distributif, masalah regulatori, dan masalah redistributif. Kriteria dalam perumusan kebijaksanaan harus bisa memutuskan keputusan yang spesifik dan mampu menghadapi masalah yang timbul secara berulang-ulang. Dengan adanya kriteria ini diharapkan para pembuat keputusan kebijakan pendidikan mampu merumuskan suatu persoalan yang muncul di dunia pendidikan sehingga tidak ada persoalan-persoalan yang perlu didebatkan lagi. Formulasi kebijakan pendidikan adalah suatu cara untuk mempengaruhi antara perumusan kebijakan dan peserta kebijakan baik yang bersifat formal maupun non formal untuk menyelesaikan sebuah permasalahan agar selesai. Langkah-langkah untuk merumuskan suatu kebijakan harus melalui beberapa tahap, mulai dari perumusan masalah, penyusunan agenda, membuat proposal, sampai yang terakhir adalah proses pengesahan.

DAFTAR RUJUKAN
Darwis. 2015. Formulasi Kebijakan Pendidikan Gratis Kabupaten Pahlawan Tahun 2013. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 2(2), 2. Dari Online (https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/view/6666/ 6363).

Hasbullah, H. M. 2016. Kebijakan Pendidikan: Dalam Perspektif Teori, Aplikasi dan Kondisi Obejektif Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Imron, A. 2012. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia: Proses, Produk & Masa Depannya. Jakarta: Bumi Aksara.